Liputan6.com, Phnom Penh - Mantan Perdana Menteri Kamboja Pangeran Norodom Ranariddh meninggal di Prancis pada Minggu (28/11). Hal tersebut diumumkan oleh Menteri Informasi Kamboja melalui Facebook.
Pangeran terpilih sebagai Perdana Menteri Kamboja pada tahun 1993 setelah bertahun-tahun perang saudara hanya untuk digulingkan dalam kudeta berdarah pada tahun 1997, yang dipimpin oleh pasukan yang setia kepada penguasa kuat saat ini, Hun Sen.
Advertisement
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (29/11/2021), Ranariddh, yang berusia 77 tahun, meninggal pada Minggu pagi akibat menderita sakit.
Dalam surat belasungkawa yang dikirim kepada istri Ranariddh, Hun Sen mengatakan kematian Norodom Ranariddh berarti "hilangnya seorang pejabat kerajaan yang luar biasa yang mencintai bangsa, agama, dan raja."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perjalanan sebagai PM
Saudara tiri Raja Norodom Sihamoni saat ini, Ranariddh, adalah bangsawan Kamboja yang paling ambisius secara politik, tetapi ia menjalani karier yang penuh lika-liku.
Dia memenangkan pemilihan Kamboja yang disponsori PBB pada tahun 1993 sebagai ketua partai Funcinpec yang royalis, tetapi dipaksa untuk menerima Hun Sen sebagai wakil perdana menteri.
Hun Sen menggulingkannya dalam kudeta empat tahun kemudian dan reputasi Ranariddh semakin terpukul atas tuduhan korupsi.
Dia diampuni pada tahun 2008 atas dakwaan penipuan yang membuatnya dikeluarkan dari partai Funcinpec, dan membuat dua comeback politik yang gagal.
Pada tahun 2015, ia membuat aliansi tak terduga dengan orang yang menggulingkannya, kembali ke Funcinpec untuk bekerja dengan Partai Rakyat Kamboja Hun Sen.
Tragedi pribadi terjadi tiga tahun kemudian ketika istri keduanya Ouk Phella, 39, tewas dalam kecelakaan mobil saat mengikuti kampanye pemilihan bersamanya.
Advertisement