Sri Mulyani Waspadai Dampak Inflasi Eropa dan China ke Indonesia

Selain inflasi, kebijakan moneter negara maju juga perlu menjadi perhatian pemerintah.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2021, 15:50 WIB
Warga beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sabtu (30/10/2021). Pelonggaran PPKM sudah sangat lama dinantikan oleh pelaku usaha pusat perbelanjaan terutama untuk bisa mendorong tingkat kunjungan sehingga dapat menggerakkan kembali pertumbuhan ekonomi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terus memperhatikan perkembangan ekonomi terutama angka inflasi di beberapa negara seperti Eropa dan China. Alasannya, tingkat inflasi di negara yang berhubungan ekspor-impor dengan Indonesia akan berdampak ke harga barang di level konsumen.

"Transisi ini harga konsumen ini bisa meningkatkan tekanan inflasi (di Indonesia)," Sri Mulyani di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/11/2021).

Selain inflasi, kebijakan moneter negara maju juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Sehingga bisa menghindar dari dampaknya seperti risiko tapering.

Dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi ini, IMF telah menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi global menjadi 5,7 persen dari sebelumnya akan tumbuh 5,9 persen di tahun 2022.

Sedangkan untuk tahun ini hanya tumbuh 4,5 persen dari prediksi sebelumnya 4,9 persen.

"Perekonomian global ini harus diwaspadai," kata Sri Mulyani.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ekonomi Nasional

Pandangan udara permukiman padat penduduk di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Di sisi lain, Indonesia juga harus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal IV tahun ini pemulihan ekonomi telah terjadi secara akseleratif seiring dengan penanganan Covid-19 yang makin efektif.

Sri Mulyani meyakini pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini bisa mencapai target yang telah ditentukan. Mengingat sektor produksi untuk konsumsi ekspor, manufaktur, perdagangan dan pertambangan terus bergerak menuju pemulihan.

"Outlook kita tahun ini masih bisa tumbuh 3,5 persen hingga 4 persen," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya