Liputan6.com, Jakarta Sejumlah kalangan Nahdliyin menyayangkan terjadinya aksi demonstrasi sekelompok orang yang mengatasnamakan Gerakan Santri Kultural di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, pada Jumat 26 November 2021.
Mereka diketahui memprotes munculnya surat edaran Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar yang meminta Muktamar NU ke-34 dilaksanakan pada 17 Desember 2021.
"Kami warga Nahdliyin Indonesia dengan ini memohon dengan segala kerendahan hati, pertama agar dapat menjaga marwah Rais Aam sebagai pemimpin tertinggi Nahdlatul Ulama, jaga marwah Nahdlatul Ulama dari anasir-anasir jahat politisi kegedean syahwat," kata Pimpinan Ponpes Tanbihul Ghofiliin, Khayatul Makki atau Gus Khayat dalam keterangannya, Senin (29/11/2021).
Baca Juga
Advertisement
Gus Khayat meminta semua pihak dapat menghentikan rekayasa demonstrasi tidak beretika dan dukungan yang berpotensi memecah belah Nahdliyin.
"Jadi orang Islam itu, kata Mbah Moen, jangan galak-galak. Orang itu harus penuh kasih sayang. Allah memiliki sifat Ar Rahman, sifat kasih sayang, agar dicontoh umat manusia," jelas dia.
Selain itu, Gus Khayat juga memohon agar PBNU dapat bersikap secara cepat, tegas, dan memberikan sanksi terukur kepada orang-orang atau lembaga NU yang melakukan pelanggaran AD/ART, serta berpotensi merusak dan memecah belah NU.
PBNU juga diminta dapat bersungguh-sungguh dalam menjalankan keputusan Konferensi Besar Jakarta dan menggelar Muktamar yang berkualitas.
"Kami mohon agar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama segera menggelar rapat pleno PBNU sebagai forum rapat tertinggi di tingkat PBNU untuk menghasilkan keputusan yang ditaati seluruh warga NU sesuai hasil keputusan Konferensi Besar NU di Jakarta," kata Gus Khayat.
Dinamika Jelang Muktamar
Ketua PW Ansor DKI, H Syaiful Rahmat Dasuki menyatakan, bahwa Ansor DKI mengecam keras perilaku yang tidak sopan dan beradab terhadap ulama khususnya kiai NU. Dalam mengemukakan pendapat, kata Syaiful, terlebih lagi untuk tujuan kebaikan dan manfaat bersama tidak perlu sampai mengumpat apalagi mengeluarkan caci maki.
"Dalam kultur kami sebagai santri, kiai adalah orang yang sangat kami hormati dan junjung tinggi kehormatannya. Karena itu Ansor DKI mengecam keras para pelaku aksi di depan kantor PBNU (kemaren) karena benar-benar menjatuhkan marwah ulama yang selama ini istiqomah menjaga dan membesarkan NU," tegas Syaiful dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (27/11/2021).
Pernyataan di atas merespons aksi segelintir orang yang berorasi di depan kantor PBNU, jalan Kramat Raya, Jumat (26/11). Dalam orasinya, segelintir orang tersebut meminta agar Muktamar PBNU dipercepat tanggal 17 Desember 2021 karena peningkatan status PPKM menjadi level 3 menjelang Natal dan Tahun Baru.
Dia menambahkan, bahwa perbedaan pendapat dan dinamika di NU, apalagi menjelang Muktamar seperti saat ini adalah hal biasa. Namun tetap dalam koridor dan kesantunan sebagai santri dan adab kepada kiai.
"Kami selaku kaum muda NU sangat menghormati dan mencintai kyai-kyai kami, khususnya Rois Aam, Katib maupun Ketua Tanfidziyah PBNU. Kalau ada orang-orang yang mencoba merusak adab di NU, maka GP Ansor terutama DKI yang menjadi tempat kantor PBNU, tak segan-segan bertindak tegas terhadap oknum-oknum tersebut," ujar dia.
Terakhir, Syaiful juga mengingatkan agar semua pihak menjaga kondusifitas di tubuh NU menjelang Muktamar.
"Eskalasi boleh memanas tetapi hati dan kepala harus tetap dingin. Karena semua pihak pasti ingin berkhidmat yang terbaik untuk NU. Berilah contoh kepada kami kaum muda NU cara-cara yang santun dan beradab terutama kepada para kyai. Tidak dengan cara-cara kotor saling menjatuhkan apalagi merendahkan dan menyerang para kyai, terlebih kepada Rois Am yang menjadi marwah NU," tegas dia.
Advertisement