Liputan6.com, Cilacap - Longsor atau gerakan tanah di Dusun Pegergunung, Desa Karanggintung, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah semakin parah seturut curah hujan tinggi beberapa pekan terakhir.
Terkini, total terdapat 24 bangunan yang rusak. Dari jumlah itu, sembilan rumah rusak berat dan beberapa di antaranya roboh karena gerakan tanah yang terus terjadi.
Warga yang rumahnya tidak bisa dihuni kini mengungsi di gedung SD terdekat, yakni SD Negeri 6 Karanggintung. Sementara, lainnya mengungsi ke rumah kerabat di lokasi yang lebih aman.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Sidareja, Agus Sudaryanto mengaku tidak bisa memastikan berapa jumlah total pengungsi dalam bencana tanah bergerak ini. Pasalnya, jumlahnya sangat fluktuatif.
Baca Juga
Advertisement
Pada malam hari, warga mengungsi. Namun, siang hari warga kembali ke rumah dan melakukan aktivitas sehari-hari.
“Untuk retakan sih, masih di zona yang awal. Cuma, retakan-retakan kecil terjadi, masih di lokasi itu juga. Kemudian, dari beberapa rumah yang terdampak, beberapa memang sudah mulai roboh temboknya,” katanya, Senin (29/11/2021).
Informasi yang dihimpun, jumlah pengungsi akibat tanah longsor di SD N 6 Karanggintung sekitar 30 jiwa. Di luar itu, ada pula yang mengungsi ke rumah kerabat.
“Ya, yang lama. Yang paling parah itu kan sembilan rumah itu,” dia mengungkapkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hunian Sementara
Sebelumnya longsor terjadi di Dusun Pagergunung, RT 03 RW 1. Retakan utama muncul disertai dengan retakan-retakan kecil sehingga jumlah rumah rusak bertambah.
Rumah terdampak hanya 21, namun kini sudah berdampak ke 24 rumah. Gerakan tanah juga masih terus berlangsung seturut curah hujan tinggi. Dia mengimbau, seluruh warga di area terdampak mau mengungsi ke tempat lebih aman.
Sementara, pembangunan hunian sementara (Huntara) untuk puluhan korban longsor masih belum pasti kapan terlaksana. Agus mengklaim, sebelumnya BPBD mengusulkan agar hunian sementara itu dibangun secepatnya setelah terjadi longsor pada awal Juni lalu.
Namun, hasil koordinasi dengan Banggar, penanganan pascabencana di Karanggintung menjadi prioritas kedua, setelah penanganan Covid-19.
“Ya ini, masalahnya, dananya ini yang (belum turun). Sehingga jadinya tahun 2022. Karena kemarin, kami, BPBD itu rapat dengan tim anggaran kabupaten, itu ternyata, prioritas pertama masih untuk penanganan Covid-1,” ujar dia.
Akibatnya, pembangunan huntara yang sebelumnya diusulkan dilakukan tahun ini harus bergeser ke tahun 2022. Dia berharap, penanganan korban longsor bisa menjadi prioritas utama, lantaran Covid-19 sudah melandai.
"Ini untuk tahun 2022, yang tadinya longsor Karanggintung prioritas kedua, mungkin bisa naik menjadi prioritas pertama,” dia menjelaskan.
BPBD berencana membangun sebanyak 24 huntara, atau persis seperti jumlah rumah terdampak gerakan tanah. Selain itu ada pula musala atau masjid di wilayah huntara tersebut. Sementara, lokasi huntara masih dikoordinasikan dengan pemerintah desa setempat.
Advertisement