Liputan6.com, Jakarta Meski tengah menjadi kekhawatiran global, pakar kesehatan Elizabeth Jane Soepardi menjelaskan, para peneliti dunia saat ini masih mempelajari varian B.1.1.529 atau Omicron.
Dalam hal ini, para peneliti belum ada yang dapat memastikan seberapa berbahaya virus ini, dari sisi tingkat penularan maupun keganasan penyakit yang ditimbulkan dibandingkan dengan varian lain yang sudah ada.
"Para peneliti juga masih mengkaji lebih jauh terkait efektivitas penerapan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak dalam mencegah varian Omicron," jelas Jane melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 29 November 2021 malam.
Baca Juga
Advertisement
Varian COVID-19 Omicron telah ditemukan di sejumlah negara Afrika dan menjadi perhatian dunia setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikannya sebagai Variant of Concern (VoC). Mutasi varian Omicron diperkirakan menjadi penyebab peningkatan kasus COVID-19 secara eksponensial di Afrika Selatan dalam 2 pekan terakhir.
"Varian baru ini sangat diantisipasi karena mutasi varian ini mencapai lebih dari 50 pada spike protein lebih dari 30. Tak hanya di Afrika Selatan, virus ini juga mulai terdeteksi di berbagai belahan dunia lainnya," lanjut Jane.
Di Belgia, terdeteksi ada 26 kasus yang berasal dari wisatawan Mesir. Kasus serupa juga tercatat di Botswana dan Hong Kong yang masing-masing diperkirakan terbawa oleh pelancong dari Afrika Selatan.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
159 Kasus Varian Omicron dari 14 Negara
Negara-negara lain, tambah Elizabeth Jane Soepardi, seperti Australia, Israel, Swiss, Jerman, dan Inggris juga melaporkan bahwa varian Omicron ditemukan di negara mereka masing-masing.
Secara total, hingga 29 November 2021, total kasus varian Omicron yang terlaporkan di dunia mencapai 159 kasus dari 14 negara. Peneliti dunia pun masih terus mengkaji terkait Omicron.
"Munculnya varian baru, termasuk Omicron juga masih dalam penelitian," kata Jane, yang merupakan Doktor Bidang Penelitian Pelayanan Kesehatan dari Erasmus University, Belanda ini.
Adanya kemunculan varian Omicron, masyarakat Indonesia diminta tetap waspada dengan meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan dan menyegerakan vaksinasi.
Advertisement
Butuh Penelitian Lebih Lanjut Soal Varian Omicron
Menurut Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, saat ini belum terlalu jelas apakah Omicron mengakibatkan sakit lebih berat. Data awal memang menunjukkan dugaan ada peningkatan masuk rumah sakit di Afrika Selatan, tapi harus diteliti lebih lanjut analisanya.
"Sejauh ini juga tidak ada (atau setidaknya belum ada) informasi ilmiah yang menyebutkan bahwa gejala akibat Omicron berbeda dengan akibat varian lain," ungkap Tjandra melalui pesan singkat kepada Health Liputan6.com, Senin (29/11/2021).
"Ada laporan awal dari data mahasiswa bahwa kaum muda cenderung keluhannya lebih ringan, tapi kepastian dampat beratnya varian Omicron baru akan ada dalam beberapa hari atau minggu ke depan."
Di sisi lain, lanjut Tjandra Yoga, kita sudah ketahui bahwa semua varian COVID-19 sejauh ini dapat menimbulkan penyakit berat dan kematian, terlebih lagi pada kelompok rentan (lansia, komorbid, gangguan imunitas).
"Jadi, sambal menunggu data ilmiah lebih lengkap, maka kita harus terus waspada dan pencegahan (3M, 3T dan vaksinasi) tetap merupakan hal utama," pungkas Tjandra, yang merupakan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.
Infografis Varian Baru Omicron Hantui Dunia
Advertisement