Liputan6.com, Jakarta - Stres yang muncul dapat disebabkan oleh banyak hal, pandemi COVID-19 salah satunya. Padahal Anda pun mungkin tahu bahwa stres dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh. Namun kabar baiknya, masih ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya, lho.
Spesialis kedokteran jiwa RS EMC Alam Sutera dr. Andri, FAPM mengungkapkan bahwa resiliensi atau kemampuan untuk menyesuaikan diri ketika dihadapkan dengan tekanan merupakan salah satu hal yang dapat membuat kita menjadi lebih tahan terhadap stres.
Advertisement
"Resilience adalah salah satu yang bisa membuat kita lebih tahan terhadap stres dan membuat sistem imun kita juga menjadi lebih baik," ujar Andri dalam keterangan pada rekan wartawan ditulis Selasa, (30/11/2021).
Lalu, bagaimana cara memperkuat resiliensi itu sendiri? Berikut penjelasannya.
1. Merasa puas atau cukup
Menurut Andri, hal pertama yang harus coba diterapkan ialah dengan merasa puas. Jika kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka kita pun akan merasa lebih puas pada kehidupan dan memberikan rasa aman. Hal tersebut juga dapat meningkatkan daya tahan seseorang terhadap stres.
2. Rasa aman
"Rasa aman bisa didapatkan jika kita merasa lingkungan kita aman. Orang-orang yang kita temui juga bisa memberikan rasa aman. Hal ini meningkatkan daya tahan kita terhadap stres," kata Andri.
Jadi, agar dapat merasa aman, pastikan bahwa Anda pun berada pada lingkungan yang tepat, yang dapat membuat Anda merasa aman dalam proses menjadi lebih kuat.
3. Keterhubungan
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu membutuhkan orang lain. Sehingga dengan adanya perasaan memiliki hubungan atau keterikatan dengan orang lain pun dapat membuat Anda merasa aman.
"Kemampuan menerima keadaan seperti apa adanya dan sabar menjalani masalah dalam kehidupan ini adalah kunci mencapai batin yang seimbang dan mengurangi kecemasan," ujar Andri.
"Hal ini ditambah kesadaran untuk mencoba membawa pikiran selalu ke saat ini dan sekarang (here and now), agar kita tidak terjebak dengan masa lalu dan tidak takut menghadapi masa depan," tambahnya.
Membatasi pemicu stres
Dalam kesempatan yang sama, Andri menyampaikan bahwa dengan membatasi hal-hal yang dapat memicu stres juga dinilai dapat membantu. Ia mengaku bahwa sejak pandemi COVID-19 berlangsung, banyak pasiennya mengalami gangguan cemas akibat informasi yang tak kunjung henti.
"Banyak dari pasien mengatakan berita buruk yang tidak kunjung berhenti terkait pandemi cukup banyak mempengaruhi mereka. Bahkan pengumuman kematian yang sering dari corong masjid di saat Juli 2021 itupun membuat rasa takut yang tidak terkira," kata Andri.
"Itulah mengapa saya menyarankan mereka untuk memotong jalur informasi yang berlebihan yang mereka punya, sehingga paparan berita buruk itu bisa dikurangi atau bahkan dihentikan," jelasnya.
Sejak pandemi berlangsung, Andri mengaku telah menghadapi pasien dengan gangguan cemas setiap harinya. Hampir 80 persen pasien yang ditanganinya setiap hari adalah pasien dengan gangguan cemas yang bergejala psikosomatik.
Advertisement