Liputan6.com, Jakarta - Qlue sebagai penyedia ekosistem smart city di Indonesia siap berkontribusi dalam pemulihan industri pariwisata nasional. Dalam hal ini, Qlue siap mendorong pemulihan industri pariwisata melalui pemanfaatan teknologi digital.
Menurut President Qlue, Maya Arvini, faktor keamanan dan keselamatan kini menjadi fokus utama wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Hal itu membuat pemanfaatan teknologi menjadi aspek krusial dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat yang ingin berwisata mengingat situasi Indonesia jua belum sepenuhnya aman dari virus Covid-19.
Advertisement
Di sisi lain, bagi pelaku industri pariwisata, teknologi memegang peranan penting untuk mengaktifkan kembali geliat bisnis agar dapat meraih kepercayaan masyarakat.
Untuk itu, penarapan teknologi diharapkan dapat memberikan rasa aman lebih baik bagi wisatawan karena dapat menjangkau aspek operasional yang lebih luas, tapi tetap efisien.
“Kawasan wisata saat ini sudah semakin ramai dan kembali bergeliat dan pemanfaatan teknologi memungkinkan untuk mengantisipasi terjadinya kerumunan, salah satunya dengan teknologi people counting dan vehicle counting. Dengan teknologi, deteksi akan semakin cepat yang memungkinkan pemangku kepentingan untuk merespon situasi dengan lebih baik dan akurat,” ujar Maya dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (2/12/2021).
Terlebih, data dari Department of Economic and Social Affairs United Nations menyebut demografi pariwisata global saat ini didominasi kelas milenial yang berada dalam rentang usia 18-34 tahun, atau sekitar 51% dari total turis potensial di seluruh dunia.
Segmen ini dikenal sebagai wisatawan yang akrab dengan pemanfaatan teknologi, termasuk beragam hal terkait aspek digital sehingga sangat berdampak pada destinasi wisata. Di Indonesia sendiri, ada 82 juta orang yang masuk dalam kategori wisatawan millenial ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perubahan Perilaku Wisatawan
Dalam diskusi publik bertajuk QlueTalk Road to Indonesia Smart Nation: Reaktivasi Industri Pariwisata Dengan Pemanfaatan Teknologi Indonesia, Kemenparekraf juga mengungkap selama pandemi Covid-19 terjadi perubahan perilaku wisatawan dibanding saat sebelum pandemi terjadi.
Direktur Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Diah Paham mengatakan, perubahan perilaku ini berupa kecenderungan wisata dengan kelompok lebih kecil, periode liburan lebih lama tapi frekuensi lebih sedikit, lokasi yang lebih dekat dengan tempat tinggal, dan pertimbangan penerapan protokol kesehatan di tempat wisata.
Dengan adannya perubahan perilaku tersebut, pemerintah pun mendorong pelaku usaha untuk lebih menyesuaikan diri agar dapat lebih efektif menjalankan usaha.
Salah satu cara yang efektif mendapatkan kepercayaan masyarakat adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi. Penggunaan teknologi juga diyakini akan meningkatkan preferensi wisatawan sekaligus menjadi daya tarik sendiri.
“Kemenparekraf mendorong semua aspek pariwisata dilengkapi dengan teknologi informasi, seperti digital payment dan digital tourism yang memanfaatkan teknologi virtual reality atau virtual tour. Jadi kuncinya adalah adaptasi, inovasi, dan kolaborasi. Pemanfaatan teknologi digital ini merupakan aspek tak terpisahkan dari semangat reaktivasi industri pariwisata di Indonesia,” ujar Diah.
Di sisi lain, Pelaksana Tugas Ketua Umum Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Agus Pahlevi menuturkan, penyempurnaan metode kerja kolaboratif ke arah digital semakin krusial dalam pengembangan industri pariwisata Indonesia di era new normal ini.
Alasannya, penggunaan aspek digital akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap destinasi wisata dan membangun persepsi bahwa daya tarik wisata itu sudah dikelola secara baik dengan memperhatikan protokol kesehatan ketat.
“Kami dari asosiasi juga selalu mendorong pelaku usaha pariwisata untuk go digital demi meningkatkan daya tarik wisatawan. Hal itu akan mempercepat adaptasi industri yang menunjukan bahwa era normal baru di sektor pariwisata dapat didukung oleh teknologi informasi. Kolaborasi dalam berinovasi diperlukan untuk mencapai pariwisata yang berkualitas,” ujar Agus.
Advertisement
Pemanfaatan Teknologi Qlue di Bidang Pariwisata
Menurut Founder dan CEO Qlue Rama Raditya, teknologi informasi menjadi aspek vital dalam revitalisasi industri pariwisata yang mulai kembali bergerak setelah hampir dua tahun terdampak pandemi.
Proses digitalisasi ini akan memberikan nilai tambah yang signifikan dalam upaya meningkatkan manajemen tata kelola destinasi wisata yang menyesuaikan dengan tren dan kebutuhan masyarakat akibat pandemi.
Ia menuturkan, implementasi teknologi informasi yang dilakukan oleh Qlue juga sudah masuk ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Sejumlah pelaku usaha pariwisata seperti Hotel Mandarin Oriental Jakarta dan Mall Grand Indonesia telah memanfaatkan solusi Qlue untuk mendeteksi suhu tubuh dalam menerapkan protokol kesehatan.
Selain itu, Acara tour Komoidoumenoi yang diinisiasi oleh komika Pandji Pragiwaksono juga memanfaatkan teknologi Qlue dalam mendukung kegiatan tersebut.
Rama mengatakan, pada banyak aspek industri selaman pandemi, pemanfaatan teknologi informasi membuat operasional usaha bisa tetap berjalan secara adaptif. Karenanya, industri pariwisata harus berinovasi pada dunia digital.
“Kami berkomitmen mendukung penuh para pelaku usaha karena sektor pariwisata ini merupakan salah satu indikator perbaikan ekonomi masyarakat," tuturnya.
(Dam/Ysl)