Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Stanford University mengembangkan tongkat pintar yang terbuat dari bagian kendaraan untuk membantu penyandang tunanetra menavigasi dengan aman melalui lingkungan mereka.
Dilansir dari hackster, tongkat ini bukan hanya dapat membantu pengguna mendeteksi dan mengidentifikasi rintangan disabilitas, tapi juga bergerak dengan mudah di sekitar objek tersebut, dan mengikuti rute baik di dalam maupun di luar ruangan.
Baca Juga
Advertisement
Tongkat robot ini disebut berharga $400 (sekitar hampir Rp 6 juta), beratnya tiga pon, dapat dibuat dari rumah, dan dijalankan dengan open source software.
Tongkat sensor lainnya umumnya lebih mahal dan berat, dengan berat hingga 50 pon (sekitar 42 kg) dan biaya $ 6.000 (sekitar Rp 86 juta). Sementara tongkat pasaran tersebut hanya dapat mendeteksi objek di depan pengguna. Oleh sebab itu, tim peneliti berharap perangkat mereka dapat menjadi solusi yang berguna bagi 250 juta orang di seluruh dunia yang menderita gangguan penglihatan.
Tongkat pintar yang mereka kembangkan, memiliki sensor LIDAR, GPS, akselerometer, magnetometer, dan giroskop untuk melacak kecepatan, posisi, arah pengguna, dll. Tongkat ini juga menggunakan algoritma pencarian dan robotika berbasis AI, seperti simultaneous localization and mapping (SLAM) dan servoing visual, menggerakkan pengguna ke arah objek dalam gambar.
Tongkat telah diuji
Sementara itu, sebuah roda bermotor, omnidirectional di atas tongkat itu berfungsi untuk memastikannya terus-menerus menyentuh tanah. Roda menarik dan mendorong ke kiri dan kanan di sekitar rintangan untuk memandu pengguna secara efisien. Dengan built-in GPS, tongkat memungkinkan pengguna untuk menavigasi ke lokasi tertentu, seperti toko di mal atau kedai kopi.
Tongkat telah diuji pada relawan tunanetra dengan lingkungan nyata. Mereka menyelesaikan tantangan navigasi sehari-hari, termasuk lorong, menghindari rintangan, dan melintasi titik jalan di luar ruangan. “Kami ingin manusia memegang kendali tetapi memberi mereka tingkat bimbingan lembut yang tepat untuk membawa mereka ke tempat yang mereka inginkan seaman dan seefisien mungkin,” kata Mykel Kochenderfer, penulis senior studi tersebut.
Peserta dengan gangguan penglihatan berjalan 20% lebih cepat dengan perangkat ini dibandingkan dengan tongkat putih. Orang yang melihat dengan mata tertutup meningkatkan kecepatan mereka lebih dari sepertiga. Hasilnya, perangkat ini dapat meningkatkan kualitas hidup pengguna secara signifikan.
Tim mengatakan proyek ini sepenuhnya open-source. “Kami ingin mengoptimalkan proyek ini untuk kemudahan replikasi dan biaya. Siapa pun dapat pergi dan mengunduh semua kode, bill of material, dan skema elektronik, semuanya gratis,” tambah Kochenderfer. Para peneliti berencana untuk menyempurnakan perangkat dan mengembangkan model yang menggunakan smartphone sebagai prosesor. Melakukannya dapat membuatnya lebih terjangkau, meningkatkan fungsionalitas, dan memperluas akses ke teknologi.
Advertisement