Tragedi 5 Warga Slawi Tegal Tewas Diracun Dukun Pengganda Uang 17 Tahun Silam

Warga Slawi, Kabupaten Tegal digegerkan dengan kasus kematian sejumlah orang dengan kondisi serupa. Para korban tewas tak lama setelah bertemu dukun pengganda uang.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 02 Des 2021, 07:33 WIB
Ilustrasi garis polisi. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Liputan6.com, Jakarta - Warga Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah bernama Baroyah kaget bukan main saat mendapati ayah dan ibunya terbaring sekarat di kursi panjang, Kamis, 2 Desember 2004 atau tepat 17 tahun silam.

Baroyah merupakan anak dari pasangan suami istri Rofi'i (55 tahun) dan Masturo atau Turah (50 tahun) dari Desa Kupu, Kecamatan Dukuh Turi, Kabupaten Tegal.

Baroyah kala itu bangun pukul 24.00 WIB. Sebelum ditemukan sekarat, Baroyah mengungkapkan kedua orang tuanya berkumpul bersama pamannya bernama Sarnadi. Menjelang magrib, Sarnadi pamit pulang ke rumahnya di Kabukan, Kabupaten Tegal.

Setelah itu, Rofi'i tidur dan meminta Baroyah untuk membangunkannya pada malam hari. Betapa terkejutnya Baroyah saat hendak membangunkan sang ayah malah menemukan kedua orang tuanya sekarat hingga meninggal dunia.

Tak berselang lama, warga Tegal juga dikejutkan dengan kabar serupa tentang adanya beberapa orang yang meninggal dunia pada Jumat 3 Desember 2004 dini hari. Suparman (50 tahun) tewas setelah kejang-kejang, sementara istrinya bernama Wasriah nasibnya lebih beruntung karena hanya pingsan selama empat jam.

Selain itu, Sarnadi (45 tahun), warga Desa Kabukan yang merupakan adik Rofi'i juga ditemukan tak bernyawa. Korban tewas lainnya adalah Rochimah, warga Desa Pesarean, Kecamatan Talang. Sedangkan nyawa Suharjo (45 tahun), suami Rochimah, berhasil selamat setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soselo, Slawi.

Sejumlah warga mendengar kabar bahwa Suparman dan istrinya meminum ramuan yang diberikan seorang dukun sebelum kejadian itu. Bahkan, sebagian warga percaya kalau Suparman dan Wasriah merupakan anggota sebuah sekte beraliran sesat.

Usai mendegar kabar itu, polisi pun langsung mendatangi lokasi dan melakukan otopsi. Hasilnya, polisi menyita tiga gelas dari kediaman para korban. Gelas itu diduga menjadi wadah dari air yang diminum korban sebelum meninggal dunia.

Berdasarkan keterangan pihak keluarga dan warga sekitar, polisi kemudian menangkap Iskandar (49) dari kediamannya di Desa Wadasmalang, Bumijawa di hari yang sama. Dari kediaman Iskandar, polisi menemukan berbagai jenis bahan beracun seperti sianida, racun tikus, dan racun ikan.

Namun, Iskandar mendadak stres saat ditangkap dan terpaksa dirawat di Rumah Sakit Umum Islam PKU Muhammadiyah Slawi. Polisi sendiri meyakini bahwa Iskandar adalah pelaku yang dengan sengaja membubuhkan racun ke dalam minuman dan menyebabkan lima korban tewas tersebut.


Akibat Ambisi Kaya Mendadak

Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun tragedi ini bermula dari ambisi para korban yang ingin kaya mendadak dengan cara mudah. Impian itu bersambut ketika Iskandar muncul di desa mereka. Dari kabar yang beredar, pria paruh baya itu disebut-sebut punya kemampuan melipatgandakan uang secara gaib.

Mereka pun akhirnya tertarik setelah mendengar cerita yang telah dilebih-lebihkan dan dibumbui itu. Selama tiga bulan sebelum kejadian nahas itu, para korban kerap menemui Iskandar untuk berkonsultasi.

Akhirnya, mereka menjadi semacam pengikut sang dukun dengan harapan tumpukan uang mereka bisa bertambah dengan cepat. Kepada para korbannya, sang dukun menjelaskan bahwa mereka harus menjalani ritual khusus selama periode tertentu untuk memperoleh uang gaib yang diinginkan.

Mereka pun mesti membayar mahar. Belum jelas berapa nilainya, namun diperkirakan masing-masing menyetor sekitar Rp 10 juta kepada sang dukun.

Ritual dan kumpul-kumpul itu biasa dilakukan di rumah Rofi'i di Desa Kupu, Dukuhturi. Di situlah, menurut Suharjo, Iskandar sempat menunjukkan kesaktiannya dengan mengubah sekarung klobot menjadi tumpukan uang.

Ada dugaan, Iskandar yang punya koleksi jenglot itu menghipnotis korbannya. Iskandar pun melarang para korbannya menyentuh tumpukan uang itu.

"Tunggu sampai berubah sempurna menjadi Rp 17 miliar pada 5 Desember," ujar Iskandar, seperti dituturkan Suharjo.

Rabu 1 Desember 2004, dilakukan ritual akhir berupa pembagian air sesaji. Iskandar bertindak sebagai pemimpin spiritual. Iskandar mengeluarkan kembang setaman yang dibawanya, lalu memasukkannya ke dalam baskom berisi air tadi. Polisi menduga Iskandar sekaligus memasukkan racun.

Iskandar membagi air ke dalam kantong plastik kecil, kemudian menyerahkannya kepada para korban. Dia lalu meminta mereka merapal sebuah mantra yang harus dibaca sebelum meminum air sesaji.

"Ia berpesan agar air itu diminum besoknya sebelum tengah malam," kata Wasriah.

Para korban pun langsung bertumbangan keesokan malamnya usai meminum air dari baskom yang diberikan Iskandar.

Reaksi racun begitu cepat. Rata-rata korban tewas beberapa puluh menit berselang. Suparman termasuk cukup kuat, dia bertahan hingga pukul 02.00 sebelum akhirnya juga tewas.

Dikutip dari Majalah Gatra, Kepala Kepolisian Resor Tegal Ajun Komisaris Besar Polisi Tri Nugrojo J Adi mengatakan, motif tersangka menghabisi korban karena takut kedoknya terbongkar.

Keyakinan itu makin kuat setelah otopsi terhadap jenazah para korban menunjukkan hasil seragam. Di tubuh mereka ditemukan senyawa arsenik, sianida, dan organofosfat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya