Liputan6.com, Jakarta Desa Arjawinangun terletak di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Secara kontur, letak permukaan tanah adalah datar dan didominasi oleh pesawahan. Daerah yang sangat cocok sebagai penyedia bahan baku tanah liat.
Baca Juga
Advertisement
Daerah Blok Posong di Desa Arjawinangun dulunya (1970an-1990an) merupakan suatu blok yang hampir seluruh masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin gerabah. Namun saat ini, sudah banyak yang melakukan kegiatan lain di luar pembuatan gerabah, banyak yang beralih menjadi transmigran ke luar pulau, menjadi pekerja pabrik, buruh di pasar, dan lain-lain.
Gerabah sudah bukan lagi dianggap sebagai barang yang memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. "Sekarang generasi muda di sini lebih memilih bekerja ke luar, ketimbang meneruskan pembuatan gerabah ini", ungkap salah satu pengrajin, Pa Wiwin Usman.
Hal tersebut juga tidak lepas dari maraknya pembuatan produk berbahan plastik yang menggantikan peran celengan serta benda-benda rumah tangga gerabah lain. Semakin pesat arus informasi yang didapat, serta maraknya infrastruktur dan teknologi, turut serta membawa sebuah pandangan baru di dalam masyarakat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minat anak muda terhadap kerajinan gerabah menurun
Hal ini sangat terasa pada pemuda-pemudi setempat, semakin mudah orang-orang membeli handphone, membuat banyak yang terhubung dengan daerah lain. Kuota atau pulsa internet untuk perangkat handphone pun semakin mudah didapatkan. Gerai-gerai pulsa banyak berjejeran di sudut-sudut keramaian.
Terhubung mudah dengan negara luar semakin menambah banyak informasi yang didapat. Kearifan lokal tergantikan sebuah kebutuhan. Gaya hidup serta pandangan akan profesi membuat para generasi muda mencari kesibukan akan ekonomi ketimbang menjaga sebuah tradisi.
Banyak orang dalam usia produktif berlomba-lomba meningkatkan taraf hidup, berimbas pada penurunan minat terhadap kerajinan gerabah yang selama ini ada. Hal ini pun diungkapkan oleh Pa Inan (Ketua RT), "Anak muda sekarang jarang yang mau jadi pengrajin celengan, mereka memilih pekerjaan lain yang lebih banyak menghasilkan uang."
Jumlah pengrajin pun kian hari kian menurun, saat ini jumlah pengrajin yang aktif memproduksi gerabah tersisa sekitar 30 orang. Lambat laun kerajinan gerabah yang memiliki nilai budaya, identitas dan ekonomi akan hilang ditelan jaman.
Advertisement
Membantu memberikan solusi peningkatan nilai ekonomi kerajinan gerabah
Blok Posong Arjawinangun merupakan daerah yang telah lama membuat gerabah. Letak Arjawinangun yang jauh dari pusat Kota Cirebon membuat akses informasi pun terhambat, ditambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pendidikan yang relatif rendah.
Kesenjangan sosial sangat terasa di sini, ketersediaan bahan baku, semua dapat diperoleh di sini tanpa mendatangkan dari daerah lain. Kehadiran Institut Teknologi Bandung (ITB) di Desa Arjawinangun, Kabupaten Cirebon merupakan angin segar yang diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan di Desa Arjawinangun salah satunya dalam kerajinan gerabah lokal di sini.
Melalui program Pengabdian Masyarakat Bottom-Up 2021 yang diprakarsai oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), dua kakak beradik, Nur Azizah Fitria dan Sofyan Alamhudi, dan dibantu oleh beberapa mahasiswa Kriya ITB Cirebon (Thahiera Putri Ariefa dan Nara) berusaha mewujudkan pelatihan kepada pengrajin gerabah sebagai salah satu solusi untuk peningkatan nilai ekonomi kerajinan tersebut.
Harapannya, para pengrajin dapat memandang kerajinan gerabah sebagai salah satu kerajinan yang bernilai ekonomi yang juga patut dilestarikan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk menginisiasi pembentukan komunitas, melaksanakan pelatihan (Redesain dengan Model Pakem dan Kontemporer), dan menjalin kolaborasi dengan pemerintah daerah, akademisi (intelektual), pelaku bisnis dan masyarakat.
Penulis:
apt. Nur Azizah Fitria, M.Sc (dosen Sekolah Farmasi ITB) dan Sofyan Alamhudi, M.Pd (penggiat seni rupa, guru seni rupa SMA Islam Cendekia Muda di Bandung) adalah kakak beradik yang merupakan insan daerah dari Desa Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.