Pemuda Ini Rela Bantu Ibunya Jualan Baju Saat Libur Semester, Alasannya Haru

Pemuda ini bahkan sempat jualan ayam goreng namun tidak laku.

oleh Arini Nuranisa diperbarui 03 Des 2021, 09:30 WIB
Rafik membantu ibunya menjual pakaian secara online. (Sumber: Mstar)

Liputan6.com, Jakarta Hidup penuh suka cita biasanya dialami seseorang saat dirinya masih berada di bangku sekolah. Tapi rupanya, hal itu tidak dirasakan oleh semua orang. Hidup sebagai pelajar tidaklah mudah, apalagi bagi mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.

Sebagian dari mereka mengambil kesempatan untuk bekerja selama liburan semester guna mencari tabungan untuk digunakan nanti. Entah itu kerja paruh waktu atau membantu pekerjaan orangtua. Seperti yang dialami Rafik Hakim Rozali.

Pelajar berusia 17 tahun itu memilih mengisi liburan semesternya untuk membantu ibunya mencari nafkah untuk keluarganya, termasuk untuk membayar SPP sendiri dan adik-adiknya. Rafik bersekolah di SMK Seri Iskandar Perak, Malaysia. Namun, tak semudah yang direncanakan.

Berniaga atau dagang pasti ada pasang surutnya. Dilansir Liputan6.com dari Mstar, berikut kisah lengkap Rafik Hakim Rozali yang rela menikmati masa libur sekolahnya dengan membantu sang ibunda, Jumat (3/12/2021).


Hampir menyerah dan putus asa

Pakaian yang dijual Rafik dan ibunya. (Sumber: Mstar)

Sambil memperlihatkan dagangan berupa pakaian, Rafik mengungkapkan jika sudah tiga hari tidak ada baju yang terjual. Pelajar itu hampir ingin menyerah, ia memikirkan biaya sekolahnya yang belum terbayarkan, padahal beberapa minggu lagi sekolah akan dimulai.

Rafik pun mencoba berbagai cara, termasuk membuat video live di media sosial. Dilansir dari Mstar, siswa yang akan mulai semester keempat jurusan teknologi konstruksi itu mengatakan bahwa penjualannya naik setelah videonya viral. 

"Sebelumnya kalau live, ada satu dua orang yang masuk tapi tidak ada yang beli. Tapi Alhamdulillah, setelah video itu viral, saya bisa menjual pakaian dan mendapatkan uang untuk membayar sekolah dan kuliah saudara saya," katanya.

Ia menambahkan bahwa saudara lelakinya yang berusia 18 tahun saat ini sedang mengenyam pendidikan di Komunitas Sungai Siput, Perguruan Tinggi di Perak. Sementara sang ayah yang berprofesi sebagai sopir truk baru mulai bekerja setelah hampir lima bulan terkena imbas pembatasan sosial akibat pandemi.


Live di media sosial TikTok

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Dikatakannya, setiap hari akan tayang langsung di situs TikTok sebanyak dua kali, pada sore dan malam hari untuk berjualan baju. Selama kurang lebih tiga jam, sedangkan pengiriman akan dilakukan pada sore hari. Namun, video yang diunggah Rafik tak luput dari kritikan beberapa warganet.

"Banyak netizen yang bilang ini marketing tapi tidak tahu situasi sebenarnya jadi hal-hal negatif saya memekakkan telinga saja," ujar pemuda yang tinggal di Seri Iskandar, Perak.


Pernah mencoba berbagai bisnis tapi tidak laku

Ilustrasi ayam goreng korea. (dok. pixabay/ewhity)

Dilansir Mstar, Rafik kerap mengikuti ibunya berbisnis sejak dulu. Sebelumnya, ia dan ibunya biasa menjual ayam goreng seharga 1RM atau sekitar Rp 3.500, tetapi usahanya harus terhenti karena harga ayam naik. Kini ia membantu sang ibu berjualan pakaian secara online.

"Kami berdagang ayam selama satu tahun tetapi kemudian pembatasan sosial kedua terhenti. Setelah itu kami mulai menjual pakaian secara online tetapi dalam skala kecil karena kami tidak mengambil banyak stok," ujarnya.

Anak bungsu dari dua bersaudara itu bercita-cita menjadi polisi. Rafik berharap suatu hari nanti ia bisa mengubah nasib keluarganya. "Tujuan saya adalah ingin menghidupi keluarga saya agar kehidupan keluarga kami lebih baik," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya