, New York - Kekuatan militer China yang tumbuh pesat dan upaya ambisiusnya untuk mengakhiri dominasi Amerika Serikat di Asia, telah memicu kegelisahan di Washington.
Upaya China untuk mempercepat kemampuan militernya melalui uji coba senjata hipersonik pada Juli lalu, yang mampu mengorbit sebagian Bumi sebelum memasuki kembali atmosfer dan dapat bermanuver dengan tepat di jalur menuju targetnya.
Para ahli mengatakan sistem senjata hipersonik yang mampu melesat lebih 5 kali kecepatan suara itu jelas dirancang dengan tujuan menghindari sistem pertahanan rudal AS. Sejauh ini China bersikeras sedang menguji kendaraan luar angkasa yang dapat digunakan kembali, bukan rudal.
Baca Juga
Advertisement
Kekhawatiran AS terkait senjata modern itu memang beralasan.
Seorang petinggi militer AS bulan lalu mengakui, Pentagon baru melangkah untuk membuat dan mengujicoba senjata hipersonik. Pernyataan itu menyiratkan, Washington ketinggalan oleh China dan Rusia dalam lomba senjata canggih itu.
Moskow hari Senin lalu pun menyebutkan, angkatan lautnya sukses mengujicoba rudal hipersonik.
Terbaru, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyorot uji coba senjata hipersonik terbaru China. Ia membuat pernyataan di Seoul Kamis 2 Desember 2021, setelah pembicaraan keamanan tahunan dengan mitranya dari Korea Selatan yang berfokus pada tantangan dari China dan Korea Utara, serta masalah lain yang dihadapi sekutu.
"Kami memiliki kekhawatiran tentang kemampuan militer yang terus dikejar RRC. Sekali lagi, perwujudan kemampuan itu meningkatkan ketegangan di kawasan,” kata Austin merujuk pada uji coba senjata hipersonik terbaru China, seraya menggunakan singkatan untuk Republik Rakyat China, nama resmi negara itu mengutip DW Indonesia, Jumat (3/12/2021).
"Upaya (uji coba senjata hipersonik) itu hanya menggarisbawahi mengapa kami menganggap RRC sebagai tantangan kecepatan kami," kata Austin.
"Kami akan terus meningkatkan kemampuan pertahanan dan mencegah berbagai potensi ancaman dari RRC terhadap diri kami sendiri dan sekutu kami", tegas Menhan AS itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS dan Korea Selatan Upayakan Pendekatan Diplomatik
Dalam tema Korea Utara, Austin mengatakan, dia dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook membahas berbagai topik termasuk persatuan bilateral dalam menghadapi ancaman dari Utara. Keduanya sepakat bahwa kemajuan program senjata nuklir dan rudal Korea Utara "akan membuat keamanan regional semakin tidak stabil”.
AS dan Korea Selatan tetap berkomitmen untuk pendekatan diplomatik ke Korea Utara, tambahnya.
Suh mengatakan bahwa "diplomasi dan dialog berdasarkan komitmen sebelumnya antara Korea Selatan dan Korea Utara dan antara Korea Utara dan Amerika Serikat sangat penting untuk mencapai perdamaian permanen di Semenanjung Korea.”
Terlepas dari kesulitan ekonomi terkait pandemi yang parah, Korea Utara terus-menerus menolak tawaran AS untuk melanjutkan pembicaraan, dengan mengatakan Washington harus terlebih dahulu menanggalkan politik permusuhannya terhadap Utara.
Pemerintahan Biden telah menyatakan, sanksi internasional terhadap Korea Utara akan tetap berlaku kecuali negara itu mengambil langkah nyata menuju denuklirisasi.
Awal pekan ini, Pentagon merilis hasil tinjauan postur global yang mengarahkan kerja sama tambahan dengan sekutu dan mitra untuk mencegah "potensi agresi militer China dan ancaman dari Korea Utara.” Tinjauan tersebut juga menginformasikan persetujuan Austin tentang penempatan permanen skuadron helikopter serang yang sebelumnya bergilir dan markas divisi artileri AS di Korea Selatan.
Advertisement