Liputan6.com, Jakarta - Seiring berlalunya hari, siklus dalam seminggu membentuk bagaimana kita menjalani hidup kita. Namun, pernahkah Anda bertanya mengapa ada tujuh hari dalam seminggu?
Awalnya, orang-orang pada zaman terdahulu belum memiliki penanggalan yang sah. Setiap bangsa atau suku memiliki penanggalannya masing-masing. Bahkan ada yang percaya kalau seminggu itu terdiri dari sepuluh hari. Ada juga yang percaya seminggu itu lima hari.
Advertisement
Melansir LiveScience, penetapan tujuh hari dalam seminggu ditetapkan oleh bangsa Babilonia pada abad ke-6 Sebelum Masehi.
Minggu tujuh hari berasal dari kalender Babilonia, yang pada gilirannya didasarkan pada kalender Sumeria tertanggal abad ke-21 SM.
Jumlah hari tersebut juga sesuai dengan waktu yang dibutuhkan bulan untuk transisi antara setiap fase: Bulan baru, Bulan sabit pertama, Seperempat pertama, Bulan purnama, dan Seperempat ketiga.
Tapi pada saat itu, hari belum memiliki nama, mereka hanya menyebutnya hari pertama, hari kedua, dan seterusnya.
Berdasarkan Tradisi babilonia
Hingga pada zaman Romawi Kuno, tepatnya saat Julius Caesar berkuasa, barulah hari-hari itu diberi nama.
Dikutip dari britannica, nama-nama hari itu ditetapkan berdasarkan Matahari, Bulan, dan lima nama planet. Sesuai dalam seminggu dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa terkait, yaitu:
- Minggu (Sunday) adalah Matahari (Sun)
- Senin (Monday) adalah Bulan (Moon)
- Selasa (Tuesday) adalah Mars yang identik dengan Tiw, dewa perang dalam mitologi di Eropa utara
- Rabu (Wednesday) adalah Merkurius yang identik dengan Dewa Woden
- Kamis (Thursday) adalah Jupiter yang identik dengan Dewa Thor
- Jumat (Friday) adalah Venus yang identik dengan Dewi Freya
- Sabtu (Saturday) adalah Saturnus (Saturn)
Reporter: Lianna Leticia
Advertisement