Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) memberdayakan para nelayan di daerah Delta Mahakam dengan meluncurkan program Nelayanku Hebat. Diharapkan dengan program yang dijalankan Pertamina Hulu Mahakam ini bisa membantu memecahkan tiga masalah utama nelayan di daerah tersebut.
Head of Communication Relations & CID PHM Pertamina Hulu Mahakam Frans Alexander A Hukom menjelaskan, terdapat tiga tantangan utama yang kerap dihadapi oleh para nelayan wilayah Delta Mahakam.
Pertama adalah kondisi geografis dan alam. Kedua praktek perikanan yang tidak ramah lingkungan. Ketiga faktor ketidakberdayaan nelayan. Ketiga masalah tersebut membuat ekonomi para nelayan sulit berkembang.
Pertamina Hulu Mahakam yang beroperasi di wilayah Delta Mahakam pun tergerak untuk membantu para nelayan tersebut dengan meluncurkan program Nelayanku Hebat pada 2018.
Untuk menjalankan program ini, PHM berkolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Sinergi dilakukan dalam menentukan titik-titik rumpon yang menjadi area para nelayan mencari ikan. Titik-titik yang diidentifikasi telah dipastikan aman dari kegiatan operasi hulu migas.
“Melalui program Nelayanku Hebat ini PHM mendorong kemajuan nelayan pesisir dari sisi ekonomi, lingkungan dan kehidupan sosial, sekaligus mengamankan berbagai instalasi produksi,” jelas Frans seperti ditulis, Sabtu (4/12/2021).
Dengan adanya titik titik rumpon ini, nelayan di Delta Mahakam kini tidak perlu hilir mudik mencari ikan, sehingga dapat menghemat biaya bahan bakar hingga 30 persen.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ramah Lingkungan
Aziz, seorang warga desa Muara Pantuan yang berprofesi sebagai nelayan lebih dari 30 tahun, merasakan manfaat program Nelayanku Hebat.
“Buat saya yang terpenting adalah biaya bahan bakar minyak turun sejak dapat bantuan PHM. Mencari ikan juga menjadi lebih jelas titiknya, karena di rumpon ada banyak ikan,” katanya.
Memancing ikan di rumpon ini meningkatkan penghasilan rata-rata nelayan kecil setiap tahunnya. Di luar itu, dalam sebulan para nelayan bisa dua kali meminjamkan perahunya untuk para pemancing di rumpon dengan pendapatan sekitar Rp 1,5 juta per trip.
“Kami juga diajarkan oleh PHM bagaimana caranya menggunakan teknologi GPS dan Fishfinder, yang menjadi informasi lokasi titik rumpon kami, sehingga kami tidak perlu lagi boros fuel (BBM) untuk berkeliling mencari titik rumpon, terutama ketika penanda rumpon kami hilang,” lanjut Azis.
Selain GPS & Fishfinder, PHM juga memperkenalkan penggunaan tenaga listrik alternatif Solar Cell, melalui kegiatan ini, nelayan dapat dengan mudah mengisi daya baterai GPS dan listrik di kapal.
Sebelum program ini diluncurkan, para nelayan setempat umumnya menangkap ikan menggunakan pukat tarik atau trawl yang tidak ramah lingkungan.
“Kini, sebagian nelayan telah beralih ke alat pancing dengan memanfaatkan rumpon yang ramah lingkungan,” ungkap Frans.
Rumpon yang dipergunakan dibuat dari besi, bambu, daun kelapa, dan tidak lagi menggunakan dahan dan batang dari tanaman mangrove seperti dulu. Pemilihan bahan alternatif untuk rumpon itu merupakan upaya PHM dalam menjaga kelestarian hutan mangrove di pesisir Delta Mahakam.
PHM juga memberi jalan keluar bagi para nelayan itu agar tetap produktif saat kondisi paceklik, salah satunya dengan membantu menyediakan fasilitas perbaikan kapal secara mandiri. “Kehadiran bengkel kapal dapat mengatasi masalah produktivitas nelayan saat cuaca buruk dan tidak bisa melaut,” tambah Frans.
Advertisement