Liputan6.com, Jakarta - Bermula dari keinginan mendapat penghasilan sendiri untuk membeli pulsa, Shaqil Effendi akhirnya menjadi seorang petani milenial yang mampu membiayai kuliahnya sendiri.
Shaqil Effendi adalah pemuda kelahiran Senipah, Kalimantan Timur. Ia lahir dari keluarga transmigran namun menjadi seorang seorang petani sebenarnya bukan cita-citanya. Seperti pemuda lainnya, ia semula ingin menjadi seorang karyawan kantoran.
Namun pandemi Covid-19 membuatnya berubah haluan. Pria berusia 23 tahun ini sekarang menjadi seorang petani milenial dan ingin selamanya menjadi seorang petani karena sudah bisa membuktikan bahwa penghasilan dari bertani mampu membuatnya mandiri.
Shaqil Effendi tak sendiri, ia bersama 26 pemuda dari desanya, kini bergiat di bidang pertanian. Para petani milenial ini merupakan binaan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) lewat program Petani Maju 4.0.
Dalam program ini, PHM mendorong para petani di wilayah Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, untuk bertani dengan konsep pemanfaatan teknologi.
Daerah tersebut memang berjarak tak jauh dari salah satu fasilitas produksi di Wilayah Kerja (WK) Mahakam: Bekapi-Senipah-Peciko-South Mahakam (BSP), yang dioperasikan PHM.
Daerah tersebut sejatinya potensial untuk dijadikan area pertanian, karena di sana terhampar 41 hektar lahan tidur. Hanya saja, budaya bertani sudah ditinggalkan dan ilmu bercocok tanam sudah dilupakan.
PHM menginisiasi Program Petani Maju 4.0 sejak tahun 2018 karena perusahaan telah mengidentifikasi berbagai persoalan terkait pengelolaan lahan tersebut. Program ini dimulai dengan membuat pemetaan sosial dan identifikasi wilayah, dilanjutkan dengan mendorong pembentukan kelompok tani, dan saat ini program tersebut sudah bergulir.
Head of Communication, Relations & CID PHM Frans Alexander A Hukom menjelaskan, fokus program saat ini ada pada tahapan penguatan dan pengembangan dimana PHM aktif memberikan pelatihan dan pendampingan kader pemuda dan wanita tani.
“Harapannya pada tahun 2022, program Petani Maju 4.0 dapat menjadi rujukan dan wilayah percontohan agrowisata ramah lingkungan di wilayah Kutai Kartanegara,” katanya, seperti dikutip Sabtu (4/12/2021).
Teknik yang diperkenalkan pada program ini adalah pertanian pertakultur yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keberlanjutan. Teknik pertanian ini salah satunya menerapkan pemanfaatan bahan dan alat pertanian yang diproduksi sendiri oleh kelompok tani.
Saat ini Pertamina Hulu Mahakam membina 2 kelompok tani yang menguasai pengetahuan bertani dengan teknik pertakultur. Contohnya: limbah pertanian dan peternakan diolah menjadi pupuk organik dan secara mandiri telah mampu memproduksi pupuk organik cair (PCO) hingga 500 liter per bulan.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tambahan Penghasilan
PCO ini juga digunakan untuk pemupukan dalam proses penyemaian tumbuhan langka di greenhouse BSP untuk mendukung program keanekaragaman hayati. Kelompok petani binaan ini juga dilatih memproduksi media tanam secara mandiri, yang kini mencapai 300 kg per bulan.
“Dari kedua material pendukung tersebut, kelompok tani saat ini bisa mendapatkan tambahan penghasilan hingga Rp 9,6 juta per tahun,” ungkap Frans.
Kelompok petani di daerah tersebut kini juga memasok kebutuhan sayur mayur dan buah buahan yang mereka hasilkan untuk catering PHM melalui kontraktor perusahaan jasa katering yang melayani PHM di fasilitas BSP. Pengiriman perdana produk pertanian itu berlangsung pada 5 Agustus 2020.
Dengan demikian kelompok tani kampung Kamal juga ikut mendukung kegiatan operasi perusahaan melalui pasokan buah-buahan dan sayuran seperti; pepaya, nenas, tomat, timun, terong dan lain lain.
Terlebih lagi dimasa pandemi ini pasokan sayur dan buah-buahan akan turut meningkatkan imunitas para pekerja dan mitra PHM untuk kelancaran produksi minyak dan gas di BSP khususnya.
Advertisement
Aplikasi Tanam Digital
Teknologi lain yang diperkenalkan adalah pemanfaatan aplikasi Tanam Digital yang menjadi sarana pemasaran daring serta akses informasi produk pertanian dan peternakan. Saat ini para pemuda tersebut menjadi operator aplikasi tersebut, guna menghadirkan investor dari luar Kampung Kamal.
Hal menarik lainnya, kepada mereka diperkenalkan penggunaan drone untuk kegiatan patroli hijau. ”Kini mereka mampu mengolah data untuk memantau kesuburan dan sekaligus mengidentifikasi titik-titik lahan yang rawan kebakaran,” ujar Frans.
Program Petani Maju 4.0 merupakan salah satu upaya PHM sebagai operator di WK Mahakam untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat disekitar wilayah operasi melalui sistem pertanian dan peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.