Liputan6.com, Jakarta Pejabat pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan abu vulkanik dari Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sangat berpotensi mempengaruhi aktivitas penerbangan.
"Potensi abu vulkanik pada malam hari bergerak ke arah barat laut pada ketinggian 0 sampai 30.000 kaki, kemudian hingga di atas 50.000 kaki bergerak ke arah barat," kata Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG Edison Kurniawan di Jakarta, Sabtu (4/12/2021) malam.
Advertisement
Menurut Edison, pergerakan abu vulkanik teramati melalui pos pantau BMKG di Stasiun Meteorologi Juanda.
Aktivitas Gunung Semeru tersebut, kemungkinan akan berdampak pada aktivitas Bandara Yogyakarta International Airport, tapi berdasarkan hasil pantauan di lapangan saat ini belum terlihat pengaruh dari abu vulkanik yang masuk ke wilayah tersebut.
Untuk memastikan situasi itu, BMKG berkoordinasi dengan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Airnav.
"Demikian juga untuk wilayah Bandara Adi Sumarmo dan juga di Malang, kami saat ini dari BMKG tetap terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Semeru," katanya.
Menurut Edison, pemantauan terhadap pergerakan abu vulkanik terus dilakukan pihaknya, sebab berpotensi mempengaruhi aktivitas penerbangan.
"Tentunya memang kami akan terus memantau kegiatan tersebut yang sangat mempengaruhi bagi aktivitas penerbangan," katanya.
Kronologi Erupsi Semeru
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru di Dusun Poncokusumo melaporkan kronologi kejadian guguran awan panas Gunung Semeru tercatat pada Sabtu mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 mm.
"Pada pukul 15.10 WIB Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas teramati mengarah ke Desa Besuk Kobokan beraroma belerang," kata Kepala BNPB Suharyanto.
Berdasarkan catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi, kata Suharyanto, guguran lava pijar teramati 500 sampai 800 meter dengan pusat guguran kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Advertisement