Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Puan Maharani secara konsisten meminta generasi muda Indonesia memperkuat budaya bangsa baik dalam etika maupun moral di tengah pusaran gejolak disrupsi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Langkah Puan mendapat dukungan dari Dosen Komunikasi Universitas Bung Karno, Tri Okta Sulfa Kimiawan. Menurutnya, Politisi PDIP tersebut konsisten memperjuangkan generasi muda agar tetap mempertahankan budaya bangsa di tengah gempuran budaya asing dan teknologi.
"Menanamkan nilai-nilai patriotisme dan kebangsaan kepada generasi milenial harus didasarkan kepada rasionalitas dan menggunakan saluran media yang populer saat ini. Dengan begitu, generasi muda bisa dirangkul dan diberikan pemahaman pentingya nilai-nilai kebangsaan demi kemajuan bangsa," kata Tri Okta di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).
Menurutnya, negara harus hadir memfilter dan meminimalisir dampak negatif dari perkembangan teknologi komunikasi yang membuat kehidupan global semakin sempit karena arus informasi. Dengan penanaman ideologi Pancasila yang kuat dan nilai-nilai kebangsaan, generasi muda Indonesia akan semakin maju, tumbuh, tangguh.
Baca Juga
Advertisement
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Bangun Sistem Imunitas Bangsa
Selain itu, lanjut dia, perlu dibangun sistem imunitas bangsa melalui penguatan ideologi pada generasi muda, dengan penanaman nilai-nilai Pancasila sejak dini sebagai pandangan hidup bangsa.
"Lubernya informasi yang berkembang membuat disorientasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia mulai kehilangan kepercayaan diri terhadap identitas kebudayaan nasional maupun lokal," terangnya.
Karena itu, media digital dan media sosial harus dimaksimalkan sebagai saluran komunikasi dalam membangun kesadaran mental ideologi Negara kepada generasi penerus yang sangat akrab dengan dunia digital.
"Seperti ketika para pendiri bangsa menemukan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu," terangnya.
Advertisement