Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan 3 hal terkait skrining tuberkulosis (TB) di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Panjang, Bakauheni, Lampung.
Tiga hal penting yang ia dapat di KKP tersebut yakni:
Advertisement
-KKP yang selama ini dikenal sebagai unit kesehatan untuk menjaga pintu masuk negara dari COVID-19 dan lain-lain, ternyata juga melakukan kegiatan untuk menangani penyakit menular secara umum.
“Tentu pada wilayah kerja pelabuhan mereka. Ini menunjukkan bahwa cakupan masalah kesehatan memang amat luas,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Senin (6/12/2021).
-Sepanjang 2021 KKP Panjang di Lampung sudah melakukan skrining pada 600 orang dengan data kuesioner faktor risiko yang cukup lengkap, termasuk yang di pelabuhan Bakauheni.
“Saya langsung koordinasikan dengan teman-teman Dokter Spesialis Paru RS Abdoel Moeloek dan Universitas Lampung untuk menganalisa data ini yang akan dapat punya luaran ilmiah dan juga akan memperkuat program TB kita.”
“Memang seringkali kita punya banyak data yang memang baiknya diolah secara ilmiah untuk menjadi ‘evidence-based decision making process’, dan juga menjadi karya ilmiah teman-teman akademisi,” katanya.
-Akan baik kalau berbagai unit termasuk universitas, politeknik kesehatan, laboratorium milik pemerintah dan swasta juga melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung eliminasi TB 2030. Ini dapat dikerjakan bersama dinas kesehatan di masing-masing daerah dan atau Kementerian Kesehatan di tingkat pusat.
VIDEO: Menkes Terawan Tegaskan Pentingnya Skrining TBC di Pesantren
Menurut Global TB Report
Menurut Global TB Report 2021 Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ke-3 di dunia, sesudah India dan Tiongkok.
Laporan yang sama juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah penyumbang kedua terbesar turunnya aktivitas penemuan kasus TB akibat perhatian tersedot ke COVID-19.
“Artinya harus ada catch up plan agar kasus yang luput ditemukan dan diobati dapat ditemukan untuk dua tujuan, disembuhkan dan dicegah penularannya pada orang lain.”
Menurut Tjandra, salah satu catch up plan dapat dilakukan dengan penguatan skrining TB di pelabuhan seperti 3 hal yang telah diuraikan di atas.
Advertisement
Eliminasi TB 2030
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan bahwa TB harus dieliminasi dari Indonesia di 2030 atau sembilan tahun lagi dari sekarang.
Untuk itu, sudah dikeluarkan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 untuk penanggulangan TB menuju eliminasi ini.
“Tentu perlu ekstra kerja keras di semua lini. Tentu saja yang perlu bergerak bukan hanya kalangan kesehatan.”
Keberhasilan eliminasi TB akan ditentukan oleh dua hal, pertama kerjasama lintas sektor baik pemerintah pusat dan daerah. Kedua adalah peran sentral masyarakat, baik melalui berbagai organisasi maupun berbagai lapisan masyarakat luas.
“Hanya dengan kerja keras kita semua maka TB dapat dieliminasi dari bumi Nusantara tercinta,” tutup Tjandra.
Infografis Sinovac Belum Termasuk Vaksin COVID-19 Syarat Umrah
Advertisement