Liputan6.com, Jakarta PBB mencatat, ada 7 miliar penduduk dunia di tahun 2021, 15 persen diantaranya adalah penyandang disabilitas. Dari 15 persen itu, 80 persennya tinggal di negara berkembang.
Kondisi disabilitas bisa dialami oleh siapapun, tidak hanya dari lahir. Yang semula terlahir non disabilitas pun bisa mengalami disabilitas. Bisa karena penyakit, bisa karena kecelakaan.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, ada pula penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan kondisi disabilitas seiring bertambahnya usia.
Penyakit degeneratif misalnya diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik itu juga bisa menyebabkan glaukoma atau berkurangnya kemampuan untuk melihat.
Untuk itu, dengan mengenali disabilitas maka stigma terhadap para penyandang disabilitas akan hilang.
Liputan6 Update: Sudahkah Kita Peduli Disabilitas?
Berusaha Memahami
Aktivis Tuli Surya Sahetapy melalui unggahan Instagram-nya mengatakan, hal tepat yang dilakukan untuk menghindari sikap Audism (merasa dengar lebih baik daripada Tuli) misalnya adalah memahami apa yang menjadi kebutuhan penyandang Tuli. Seperti menanyakan apa yang membuat nyaman penyandang disabilitas tersebut dalam berkomunikasi.
“Seharusnya sampaikan ‘Nak, mau sampaikan pakai apa? Boleh tulis boleh bahasa isyarat boleh berbicara dan lain-lain’,” tulis Surya dikutip dari Instagram pribadinya.
“Tanyakan komunikasi mereka bukan kita menentukan komunikasi mereka demi kepuasan kita tanpa memahami kenyamanan mereka,” tambahnya.
Koordinator Liputan (Korlip) Health Liputan6.com Dyah Puspita Wardani dalam pekan Hari Disabilitas turut menyampaikan pentingnya memahami cara berkomunikasi dengan semua ragam disabilitas.
“Tak kenal maka tak sayang, makanya kenalilah apa sih disabilitas, bagaimana caranya kita bisa hidup bersama-sama, berdampingan, saling memahami. Karena dengan saling memahami kita akan bisa berinteraksi dengan baik," pungkasnya.
Advertisement