PVMBG: Guguran Awan Panas Semeru Masih Berpotensi Terjadi, Waspadai Banjir Lahar

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani menyebut bahwa potensi guguran awan panas di Gunung Semeru masih berpeluang terjadi.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 06 Des 2021, 19:00 WIB
Warga menyelamatkan barang-barang mereka di daerah yang tertutup abu vulkanik setelah letusan gunung Semeru di desa Sumber Wuluh di Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). BNPB menyatakan, korban meninggal akibat Gunung Semeru meletus mencapai 13 orang. (AFP /Juni Kriswanto)

Liputan6.com, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani menyebut bahwa potensi guguran awan panas di Gunung Semeru masih berpeluang terjadi. Oleh karena itu, tim PVMBG Badan Geologi dari Bandung diberangkatkan ke lokasi Pos Pemantauan Gunung Api Semeru.

“Menjelang guguran awan panas ini, kami memiliki alat yang mencatat getaran. Dari situ disampaikan ke Whatsapp Group dan disampaikan ke masyarakat,” katanya dalam konferensi pers daring, Senin (6/12/2021).

Andiani memastikan bahwa potensi guguran awan panas di Semeru masih ada. Hal itu terbaca dari masih banyaknya material-material hasil erupsi gunung api di bagian hulu.

Bahkan menurut Andiani material itu terhitung sangat banyak.

"Maka apabila dengan curah hujan sekarang ini yang menurut BMKG curah hujan masih sangat tinggi satu bulan dua bulan ke depan, tentunya potensi lahar juga itu masih tinggi untuk mengancam Semeru," kata dia.

Daerah paling rawan akan ancaman ini, menurut Andiani adalah bukaan kawah di bagian selatan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Potensi Banjir Lahar

Seorang pria memeriksa truk yang tertimbun abu vulkanik pascaerupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, 5 Desember 2021. Tiga jenazah ditemukan di dalam truk pasir yang terjebak erupsi Gunung Semeru. (AP Photo/Trisnadi)

Selain guguran awan panas, Andiani meminta masyarakat sekitar juga untuk mewaspadai adanya potensi banjir lahar dingin yang terjadi dari erupsi Gunung Semeru. Hal itu mengingat pada puncak gunung ini masih terdapat material yang bisa keluar suatu waktu.

“Puncak gunung masih ada material gunung api. Terkait dengan curah hujan yang masih cukup tinggi selama 1-2 bulan tentu potensi lahar masih tinggi yang mengancam Semeru,” ujarnya.

Berdasarkan data di Magma Indonesia, erupsi Gunung Semeru kembali terjadi pada Senin (6/12/2021) sebanyak dua kali. Pertama, yaitu pada pukul 07.53 WIB. Visual letusan tidak teramati. Selain itu, erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi 240 detik.

Erupsi kedua pada pukul 08:55 WIB. Visual letusan tidak teramati. Adapun erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 480 detik.

“Hasil pemantauan kami bisa dipantau lewat aplikasi magma, bisa diunduh di Playstore atau melalui situs PVMBG dan media sosial PVMBG. Laporan setiap 6 jam sekali,” ujar Andiani.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya