PVMBG: Potensi Awan Panas dan Banjir Lahar Gunung Semeru Masih Tinggi

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur masih berpotensi mengeluarkan awan panas dan banjir aliran lahar.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 06 Des 2021, 16:16 WIB
Reruntuhan jembatan terlihat di lereng, hancur oleh lahar yang mengalir akibat letusan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (AP Photo/Hendra Permana)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur masih berpotensi mengeluarkan awan panas dan banjir aliran lahar.

"Masih ada potensi awan panas guguran, kapan ancaman akan terjadi, sulit bagi kami untuk menjawab. Itulah perlunya kami melakukan monitoring, setelah mendeteksi adanya getaran-getaran, itu kami catat dan kami sampaikan lewat WA untuk disebarkan kepada masyarakat," ujar Kepala PVMBG Andiani saat konpers daring, Senin (6/12/2021).

Andiani tidak bisa memprediksi kapan ancaman lahar panas Gunung Semeru kembali mengalir, namun ia menyebut lahar yang keluar berpotensi dengan jumlah material yang banyak.

"Potensi lahar masih ada, di bagian hulu masih ada material-material hasil erupsi gunung api, volumenya cukup banyak," kata Andiani.

"Potensi lahar masih tinggi, bukaan kawah mengarah ke bagian selatan dan tenggara, di antaranya melalui Besuk Kobokan," tambah dia.

Andiani menjelaskan banjir lahar terjadi lantaran erupsi bertemu dengan curah hujan tinggi di sekitar Semeru.

"Lahar itu semacam banjir, tapi di dalam banjir tersebut mengangkut material yang cukup besar yang berasal dari gunung berapi itu sendiri, airnya dari mana? Itu dari curah hujan yang cukup tinggi, jadi tidak ada kaitannya erupsi dengan hujan, tetapi memicu terjadinya banjir lahar," ujar Andiani.


Imbau Masyarakat Selalu Waspada

Oleh karena itu, PVMBG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan tidak beraktivitas di radius jarak lima kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan Semeru.

"Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya," pungkas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya