Saham SoftBank Merosot 9 Persen Tersengat Didi Bakal Cabut dari Bursa AS

Saham SoftBank turun 35 persen dan menjadi penyusutan terburuk sejak 2006.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Des 2021, 23:45 WIB
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Saham SoftBank Group Corp melanjutkan koreksi dalam enam hari beruntun. Penurunan terparah saham SoftBank sebanyak 9 persen akibat perusahaan kunci dalam portofolio bank bernasib buruk pada Senin, 6 Desember 2021 di Tokyo.

Raksasa ride-hailing China Didi Global Inc bersiap untuk menarik diri dari bursa saham Amerika Serikat (AS) usai US Federal Trade Commission menggugat pemblokiran penjualan SoftBank atas Arm Ltd kepada Nvidia Corp. Pendiri SoftBank Masayoshi Son melakukan investasi bernominal besar terhadap dua perusahaan tersebut.

Dengan investasi tersebut berharap mampu menyelesaikan transaksi guna mengamankan income besar atas grup investasi itu. Penjualan mencapai 9 triliun yen atau USD 80 miliar, atau Rp 1.155,2 triliun. Pengumuman disampaikan tatkala rapat keuangan terbaru yang membahas pendapatan perusahaan.

Di sisi lain, saham SoftBank turun 35 persen dan menjadi penyusutan terburuk sejak 2006. Saham berada di level terendah yakni 5.057 seiring penurunan intraday terbesar sejak Maret 2020.

Didi sedikit lebih baik dengan kemerosotan 22 persen pada Jumat, 3 Desember 2021. Situasi ini menngisyaratkan kepada investor yang mana tindakan keras Beijing di sektor teknologi dan internetnya telah berkahir.

Kolongmerat teknologi China Alibaba Group Holding Ltd sebagai perusahaan fundamental di portofolio SoftBank dan berdagang di bursa saham AS turun lebih dari 8 persen.

Pada perubahan kebiajakan China, visibiltas rendah atas perusahaan teknologi seperti Alibaba Group dan Didi Global.

"Sejauh ini secara keseluruhan, kerugian publik Vision Fund atas investasi China sekitar USD 3,2 miliar (atau Rp 46,2 triliun),” tulis Kirk Boodry dari Redex Holdings di Smartkarma.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kurangi Investasi di China

Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, manajemen berhasil mengatasi kekhawatiran investor tentang ketergantungan SoftBank terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China. Data mencatat, grup berinvestasi berkomitmen dan mulai mengurangi porsi keranjang investasi di negara tirai bambu itu. Seraya menunggu kejalasan regulasi di China.

Penjualan Arm ke Nvidia berada dalam pengawasan regulator Inggris, Cina, dan yang terbaru adalah AS. Meskipun Son dan Nvidia Jensen Huang berulang kali menegaskan tentang kesepakatan itu. Namun, pasar belum memperoleh keuntungan apapun atas aksi penjualan Lengan.

"Sayangnya, kami pikir hasil penjualan akan dialokasikan untuk pembelian kembali saham dan kurangnya penjualan menggarisbawahi kemungkinan pembelian kembali saham akan dimuat kembali atau ditunda,” ujar Bodry.

SoftBank mengumumkan rencana pembelian kembali 1 triliun yen yang telah lama ditunggu-tunggu pada Rabu, 8 November 2021. Pernyataan  memicu kenaikan harga saham SoftBank sebelum akhirnya saham sepenuhnya turun. 

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya