Liputan6.com, Jakarta Indonesia memulai Presidensi G20 dengan agenda Sherpa Meeting I pada Selasa, 7 Desember 2021. Pertemuan kali ini tidak hanya dihadiri negara anggota G20 saja, tapi juga ada asosiasi negara perwakilan Afrika yang terkumpul dalam African Union.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, ini merupakan pertama kalinya negara afrika ikut serta dalam pertemuan G20, yang kali ini diketuai oleh Indonesia.
Advertisement
"Untuk pertama kali African Union terwakili dalam pertemuan G20. Ketuanya diwakili oleh Republik Demokratik Kongo. Kehadirannya merepresentasikan lebih dari 1,3 miliar suara penduduk di benua Afrika," ujar Airlangga dalam sesi teleconference, Selasa (7/12/2021).
Di sisi lain, Menko Airlangga juga mewaspadai ancaman varian Covid-19 omicron yang berawal dari Afrika. Menurut dia, penyebaran omicron ini menunjukan adanya ketimpangan vaksin antara negara maju dan negara berkembang.
"Kita ketahui, omicron muncul dari benua Afrika atau Afrika Selatan, yang vaksinasi rate-nya baru 24 persen. Seluruh Afrika baru rata-rata 7 persen," terang dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ganggu Pemulihan Ekonomi
Airlangga mengatakan, penyebaran pandemi yang belum selesai ini jelas akan mengganggu kehidupan masyarakat dan juga mengganggu proses pemulihan ekonomi.
"Kita melihat, pembukaan ekonomi masih sangat tergantung bagaimana kita menangani pandemi, termasuk varian baru, dan bagaimana tidak panik menghadapi varian baru tersebut," ungkapnya.
Kolaborasi global diperlukan, bagaimana melalui Presidensi G20 Indonesia diharapkan bisa membuat langkah-langkah terobosa yang lebih kuat dan konkret. Airlangga menilai, selama ini penanganan Covid-19 cenderung masih secara individual di masing-masing negara.
"Presidensi juga memberikan kesempatan untuk menunjukan Indonesia leadership atau kepemimpinan di hlobal dan menhawab berbagai tantangan yang ada. Perhatian pemerintah, tentu melihat bahwa pemulihan ekonomi ini harus diselenggarakan dan sifatnya inklusif, berdaya tahan dan berkesinambungan," tuturnya.
Advertisement