Liputan6.com, Surabaya - Pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya M Haris Miftakhul Fajar mengungkapkan, Gunung Semeru merupakan gunung api yang biasa mengeluarkan gas beserta material vulkanik setiap 30 - 60 menit, dengan letusan berintensitas kecil.
"Hal ini yang membedakan Gunung Semeru dengan gunung api lain, seperti Gunung Merapi atau Gunung Kelud. Semeru jarang meletus dalam skala besar, karena secara teratur menyalurkan tekanan dan material vulkaniknya dari dalam dapur magma ke permukaan bumi,” ujarnya, Rabu (8/12/2021).
Advertisement
Menurut Haris, dapat dikatakan keuntungan karena pengumpulan tekanan besar di dalam dapur magma dapat sedikit dihindari. Erupsi yang terjadi di Gunung Semeru pasca guguran vulkanik terjadi dan tekanan bagian penutup berkurang, masih berlangsung pada erupsi skala kecil.
"Hal ini menunjukkan tekanan dan material di dapur magma Gunung Semeru tidak terlalu besar," ucapnya.
Dosen asal Blitar ini melanjutkan, karakter tersebut juga harus diwaspadai karena material erupsi hanya terkumpul di sekitar kawasan puncak.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Level Waspada
“Sewaktu-waktu longsoran akan mudah terjadi, apabila telah mencapai batas ketidakstabilan lereng,” tambahnya.
Sampai saat ini pun, lanjut Haris, status Gunung Semeru berada pada level waspada karena aktivitas vulkanik tidak menunjukkan peningkatan signifikan yang mengindikasikan adanya erupsi besar.
Advertisement