Liputan6.com, Jakarta PT Transjakarta berjanji akan mematuhi rekomendasi perbaikan hasil audit dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait keselamatan kerja.
Hal itu buntut insiden kecelakaan bus beruntun yang terjadi dalam sepekan terakhir.
Advertisement
"Terkait protap yang ditekankan oleh Deputi, dari KNKT kami berdiskusi tentang bagaimana kami semua nanti akan ikut serta mengikuti arahan dari KNKT," kata Dirut TransJakarta Muhammad Yana Aditya saat jumpa pers di Kantor TransJakarta, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (8/12/2021).
Rekomendasi itu, akan diikuti PT Transjakarta termasuk pihak ketiga atau operator. Dimana dalam jumpa pers ini turut dihadiri dari pihak Mayasari, PPD, Pahala Kencana, Bianglala, Kopaja, dan Steady Safe selaku operator mitra dari Transjakarta.
"Kami dari keluarga besar Transjakarta, dari 6 operator sepakat akan menjalankan semua pedoman keselamatan, yang nanti akan kita jadikan acuan baru keselamatan Tranjakarta," ujarnya.
Di sisi lain Transjakarta, kata Yana, juga tengah melakukan evaluasi secara menyeluruh termasuk kepada para operator terkait pedoman SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk dilakukan perbaikan berdasarkan hasil temuan KNKT.
"Kami harap dalam proses untuk meningkatkan transportasi transjakarta kita semua bisa berkolaborasi untuk bisa masing melakukan evaluasi untuk keselamatan dan SOP," kata dia.
Walau tidak menjabarkan secara rinci, namun Yana memastikan jika SOP semua operator akan dibuat sama. Salah satunya caranya, dengan membuat pelatihan standar mengemudi bagi para sopir.
"Terkait personel sopir dan aspek rekrutmen, kami semua membuka kembali mengenai SOP. Kami semua sudah sepakat, pertama buat SOP yang sama sehingga standarnya sama," katanya.
"Kedua akan sama-sama buat satu pelatihan para pengemudi kita, sehingga standar sama. Jadi gimana mengemudi dengan aman dalam kondisi standar yang ada di TransJakarta," tambahnya.
Langkah Audit KNKT
Sebelumnya, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, menyampaikan hasil pertemuannya dengan PT Transjakarta. Dengan hasil melakukan audit atas insiden kecelakaan bus beruntun yang terjadi dalam sepekan terakhir.
"Teknis (audit), karena Transjakata ini gunakan pihak ketiga (operator bus), pertama potretnya bagaimana sistem standar ada di organisasi dan gimana ada di operator. gimana diyakinkan apakah persyaratan yang distandar oleh Transjakarta itu akan dilaksanakan oleh pihak operator (atau tidak) yang jadi mitra," kata Soerjanto dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (7/12).
Soerjanto menambahkan, salah satu dugaan berulangnya insiden kecelakaan dalam waktu sepekan terakhir adalah faktor manusia. Karenanya, KNKT akan melihat bagaimana faktor tersebut di dalam struktur Transjakarta secara detil.
"Area yang akan kita lihat terutama masalah human factors. Gimana postur dari si pengemudi, terus kita juga tadi sarankan kalau bisa pengemudi di Volvo ya terus saja (di Volvo). Kalau mau dipindah harus ada semacam training sehingga mereka familiar dengan bus yang dibawa," jelas Soerjanto.
Soerjanto menjelaskan, KNKT terus melakukan pemantauan terhadap operasional Transjakarta. Namun dalam dua pekan ke depan, hal itu akan lebih difokuskan lagi.
"Sebenarnya sudah dimulai beberapa hari yang lalu cuma ini kita akan lebih mengintensifkan lagi dan kita rencanakan 2 minggu," katanya.
Dugaan Faktor Kelalaian
Kemudian, faktor kelalaian manusia jadi dugaan penyebab kecelakaan bus Transjakarta dalam hampir sepekan terakhir. Soerjanto mengaku akan melakukan pemeriksaan terhadap jam kerja para pengemudi.
"Kita lihat memang (jam kerja) karena pengemudi itu tidak secure (aman) juga bagian dari masalah human factor. Mungkin dia agak sembrono jadinya," kata Soerjanto.
Selain soal jam kerja, Soerjanto mengaku ada pertanyaan soal divisi keselamatan. Menurut pernyataan Transjakarta, hal itu sudah dimiliki. Namun Soerjanto menyarankan, agar divisi tersebut dibentuk secara independen.
"Kita minta unit keselamatan itu independen. Nanti reportingnya langsung ke Dirut. Jadi dia mengawasi masalah operasi, maintenance, rekrutmen dan segala macam," ungkap Soerjanto.
Soerjanto meyakini, jika divisi itu dibuat secara independen, maka standar keselamatan akan bisa lebih terjaga saat masa operasional.
"Unit itu menjadi perpanjangan tangan pak dirut, standar keselamatan itu terjaga selama operasional. Salah satu pokok dari rekomendasi kami yaitu unit khusus yang independen," Soerjanto menandasi.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com
Advertisement