Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis (9/12/2021) seiring investor menilai risiko seputar varian baru COVID-19, omicron.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,04 persen. Indeks Topix susut 0,08 persen. Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,11 persen dengan indeks subenergi dan material tergelincir 0,26 persen dan 0,1 persen. Saham Rio Tindo dan BHP masing-masing melemah 0,47 persen dan 0,71 persen. Indeks Kospi tergelincir 0,19 persen dan Kosdaq naik 0,56 persen.
Advertisement
Di Amerika Serikat, rata-rata indeks acuan membukukan kenaikan tiga hari berturut-turut. Sementara bursa saham Eropa melemah.
"Setelah berjalan solid dalam dua hari sebelumnya, saham mengambil nafas dengan saham Eropa yang ditutup lebih rendah di tengah kekhawatiran atas perlunya babak baru pembatasan COVID-19,” ujar Senior Foreign Exchange Strategist National Australia Bank, Rodrigo Catrill, dilansir dari CNBC, Kamis pekan ini.
Investor mengawasi varian omicron COVID-19 yang telah mengguncang pasar dalam beberapa pekan terakhir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian itu dapat mengubah arah pandemi COVID-19. Ilmuwan di seluruh dunia berusaha keras untuk menentukan seberapa menular dan mematikan omicron dan seberapa efektif vaksin yang ada melawan virus.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Indeks Dolar AS
Sementara bukti awal dari Afrika Selatan, tempat varian pertama kali diidentifikasi, mungkin menunjukkan omicron lebih ringan dari pada strain delta.
Di sisi lain, indeks dolar AS tergelincir terhadap mata uang lainnya Indeks dolar AS berada di posisi 95,98 dari posisi sebelumnya di 96,37.
Yen Jepang berada di posisi 113,70 per dolar AS. Harga minyak naik seiring harga minyak Brent ke posisi di atas USD 75 per barel. Di jam perdagangan Asia, harga minyak mentah AS diperdagangkan naik 0,33 persen ke posisi USD 72,6.
“Minyak mentah memperpanjang kenaikan baru-baru ini karena persediana turun dan kekhawatiran mereda tentang dampak omicron pada konsumsi,” ujar analis ANZ Research.
Advertisement