Liputan6.com, Jakarta - Ramalan Jayabaya kembali dibangkitkan ketika awan panas guguran Gunung Semeru tumpah ke wilayah kaki gunung di Limajang pada Sabtu sore, 4 Desember 2021 pukul 14.50 WIB. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang terjadi bukanlah erupsi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur juga menegaskan hal serupa. Manager Pusat Pengendalian Ops Penanggulangan Bencana (Pusdalops) Jawa Timur Dino Andalananto mengatakan, aktivitas Gunung Semeru itu merupakan awan panas guguran.
Advertisement
"Kebetulan ini kemarin kan awan panas guguran yang sifatnya rapid-onset. Jadi tiba-tiba," ujarnya.
Ramalan Jayabaya yang dikait-kaitkan adalah soal tanah Jawa bakal terbelah dua.
Berikut isi ramalannya:
"Putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu, hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti mumpuni sakabehing laku nguel tanah Jawa kaping pindho, ngerahake jin setan kumara prewangan, para lelembut ke bawah parintah saeko proyo kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda landhepe triniji suci bener, jejeg, jujur kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong"
Ramalan Jayabaya tersebut awalnya dikait-kaitkan dengan mitos jika Gunung Slamet di Jawa Tengah erupsi hebat, konon Tanah Jawa akan terbelah karenanya.
Gunung Slamet menaungi lima kabupaten di Jawa Tengah, yakni Brebes, Banyumas, Purbalingga, Pemalang, dan Tegal.
Ramalan Suksesi Jokowi
Ramalan Jayabaya juga dikait-kaitkan dengan suksesi kepemimpinan di Indonesia. Mantan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono yang mengucapkannya.
Dia mengaku meyakini Ramalan Jayabaya soal petunjuk pemimpin Nusantara yang memiliki nama dengan akhiran yang jika diakronimkan menjadi "Notonegoro".
Notonegoro berasal dari dua kata, "noto" atau menata dan "negoro" atau negara.
Kata dia, NO merujuk pada Sukarno, TO pada Soeharto, kemudian NO yang kedua melekat pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sementara BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Megawati Sukarnoputri tidak masuk itungan karena mereka tidak sampai lima tahun memimpin Indonesia.
Jokowi, menurut Arief, masuk daftar. Kata dia, mantan Wali Kota Solo itu punya nama kecil Mulyono.
Lalu siapa orang-orang yang konon masuk daftar calon suksesor Jokowi sesuai Ramalan Jayabaya?
Kata dia, Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo.
Advertisement
Siapa Joyoboyo?
Empat ratus tahun sebelum kelahiran Nostradamus, hidup seorang raja Kediri bernama Jayabaya. Ia mengeluarkan beberapa ramalan soal masa depan Nusantara.
Martini Fisher, lulusan jurusan Sejarah Kuno dari Macquarie University, Australia dalam situs Ancient Origins menuliskan, Jayabaya memerintah kerajaan Kediri pada tahun 1135 hingga 1157.
Namanya tertera dalam Babad Tanah Jawa dan Serat Aji Pamasa. Banyak orang hingga kini masih mempelajari ramalan Jayabaya karena konon jitu.
Beberapa sumber mengatakan bahwa ia merupakan keturunan dari Dewa Kebijaksanaan Brahma. Ada pula yang percaya Jayabaya sebagai reinkarnasi Wisnu, dewa yang bertugas untuk memelihara dan melindungi.
Ayahnya, Gendrayana, diklaim sebagai keturunan legendaris Pandawa Lima, yaitu dari garis keturunan Arjuna yang merupakan anak dari Dewa Indra. Karena hal tersebut, Jayabaya diyakini memiliki kekuatan magis yang membuatnya dapat membaca kejadian pada masa lalu maupun yang akan datang.
Jayabaya juga dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gemar belajar. Seperti yang disebutkan dalam beberapa catatan sejarah, di bawah pemerintahnya Kerajaan Kediri meraih puncak kemakmuran.
Ramalan Ratu Adil
Ramalan Jayabaya memiliki banyak ramalan. Salah satu yang paling diantisipasi lainnya adalah kedatangan Ratu Adil, walaupun orang-orang Jawa menganggapnya sebagai lelaki.
Jayabaya memprediksi bahwa Ratu Adil merupakan keturunan dari keluarga Kerajaan Majapahit yang akan menjadi pemimpin terbesar.
Dalam ramalannya, ia akan datang ketika kendaraan besi yang dapat berjalan tanpa kuda, dan kapal dapat menjelajah angkasa.
Kata Jayabaya, awal kehidupannya Ratu Adil akan menghadapi masa sulit, penghinaan, dan kemiskinan. Namun masa itu akan terlewati karena ketulusan dan keteguhan hatinya.
Ratu Adil akan lahir dalam masa kelam, di mana ia akan memulihkan ketertiban, keharmonisan, dan keadilan di dunia.
Sebagian besar orang Jawa percaya bahwa hal tersebut sudah merupakan perputaran roda kehidupan, di mana era kegelapan akan diikuti zaman kemakmuran dan akan terus bergulir seperti itu.
Mereka yang percaya meyakini bahwa saat ini sedang berada di zaman edan atau era kegelapan. Oleh karena itu kedatangan Ratu Adil diprediksi sudah dekat dan ia akan mengantar pada masa kejayaan baru.
Advertisement