Liputan6.com, Jakarta Satu lagi film bertema olahraga yang bisa Anda saksikan adalah Cahaya dari Timur: Beta Maluku. Anda yang senang dengan film bernuansa perjuangan meraih mimpi, film yang rilis pada 2014 ini layak masuk daftar film wajib ditonton Anda selanjutnya.
Film Indonesia yang juga mengemas cerita sejarah ini disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Sementara untuk produsernya adalah mendiang Glenn Fredly. Berdurasi selama 150 menit, banyak bintang profesional yang terlibat dalam film ini sebut saja Chicco Jerikho hingga Jajang C. Noer.
Advertisement
Cerita sejarah apa yang hadir dalam film ini dan bagaimana kisah selengkapnya? Simak sinopsis film Cahaya dari Timur: Beta Maluku berikut ini.
Konflik Agama
Pada awal film, penonton akan diperlihatkan pada adegan kerusuhan yang terjadi sebuah jalan protokol di Ambon. Terlihat Sani (Chicco Jerikho) sedang mengendarai motor berwarna putihnya menuju sebuah ruko yang tertutup rapat.
Lamanya bagi Sani untuk dibukakan pintu. Setelah berhasil mendapat jawaban, tak lama terdengar suara sorak sorai sekumpulan lelaki yang terbagi menjadi dua kubu. Lemparan batu pun mulai melayang ke sana ke mari.
Sani berusaha untuk pergi dengan motornya, sayang sudah terlambat. Ia melihat anak kecil yang ia kenal dan menariknya untuk berlindung bersama di balik sebuah mobil.
Kelompok ini ternyata merupakan kubu yang saling membela atas nama agama. Cerita ini pun mengambil latar konflik yang terjadi di Ambon pada tahun 2000 di mana peristiwa umat antar agama terpecah belah.
Tidak lama, Sani sudah berada di atas sebuah tronton milik tentara yang menyelamatkan dirinya dan orang-orang yang masih terjebak di sana.
Advertisement
Mimpi Besar
Bingung dengan keadaan yang tengah menyelimuti tempat ia tinggal, Sani mencoba membantu anak-anak yang berada di tengah konflik dengan mengajak mereka bermain sepak bola. Terlena dengan semua itu, Sani akhirnya bertekad untuk melatih mereka menjadi pemain profesional.
Ketika konflik sudah tidak lagi tegang, Sani mendapatkan kesempatan untuk membawa anak-anak yang ia latih untuk bertanding ke Jakarta. Sayangnya, kesulitan ekonomi yang ia hadapi membuat mimpi itu tersendat.
Sepertinya takdir menghendaki Sani untuk mewujudkan mimpinya. Tak disangka, datang seorang pendeta memberikan sokongan dana untuk timnya agar bisa terbang ke Jakarta. Sayangnya, konflik internal tim kembali membawa kepada masalah.
Para anak-anak masih memandang agama yang dianut oleh anggota yang masih berada satu tim mereka. Sani pun memberikan pemahaman, bahwa mereka bukanlah dipandang karena agama mereka, melainkan mereka adalah Maluku.
Apakah Sani berhasil membawa piala kemenangan untuk timnya? Bagaimana nasib konflik di tempat tinggalnya? Sakiskan kelanjutannya dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku yang dapat disaksikan di aplikasi Vidio.