Program Niat Mila Pertamina Field Limau Bantu Angkat Ekonomi Masyarakat

Program Niat Mila salah satunya berlangsung di Desa Karya Mulya, Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Kota Prabumulih.

oleh Nurmayanti diperbarui 09 Des 2021, 21:53 WIB
Pertamina Field Limau Zona 4 Subholding Upstream Regional 1-Sumatera terus ambil bagian menjalankan tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL).

Liputan6.com, Jakarta Pertamina Field Limau Zona 4 Subholding Upstream Regional 1-Sumatera terus ambil bagian menjalankan tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL).

Salah satunya melalui program Niat Mila Maduke Mas Pepi Samo Mbak Lisa yang berarti Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan.

 

Zulfikar Akbar, Senior Manager Pertamina Field Limau menuturkan jika Program Niat Mila saat ini membawahi 21 mitra binaan.

"Yang dikelola oleh Pertamina Field Limau,” ujar dia dalam sharing session secara virtual, Kamis (9/12/2021).

Program Niat Mila salah satunya berlangsung di Desa Karya Mulya, Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Kota Prabumulih.

Desa ini berada di Ring 1 area operasi perusahaan. Densitas penduduk di sana 804 kepala keluarga (KK) dan 2.825 jiwa yang 273 KK di antaranya tergolong dalam keluarga prasejahtera dan 53,69 persen dari total penduduk lulusan SD.

Anjloknya harga sawit dan karet menjadikan masyarakat memerlukan penghasilan alternatif dari yang selama ini mereka dapatkan. 

“Sebanyak 72 persen ibu rumah tangga di sana bergantung pada kebun sawit dan karet sebagai mata pencaharian tambahan. Kurangnya pemahan dan keterampilan masyarakat mengenai pertanian organic terintregasi, kebiasaan masyarakat membakar limbah lidi sawit,” ujarnya.

Dalam program Niat Mila, Mas Pepi dan Mbak Lisa jadi andalan. Mas Pepi atau masyarakat peduli api yang diusung Pertamina Limau Field, ditonjolkan karena para pemuda diberikan keahlian untuk menjadi operator K3 umum dan basic fire fighting training.

Apalagi di sekitar wilayah operasi Pertamina Field Limau sering terjadi kebakaran. “Para pemuda yang tidak mempunyai skill kami perkuat menjadi masyarakat unggulan. Kami berikan pelatihan dan pemahaman,” kata Zulfikar.

Sedangkan Mbak Lisa adalah pemanfaatan limbah kelapa sawit. Inovasi Mas Pepi dan Mbak Lisa diintegrasikan sehingga manfaatnya dirasakan oleh masyarakat.

“Bahkan, inovasi sosial ini telah direplikasi pada KWT (kelompok Wanita tani) di tiga desa lainnya,” ujar Zulfikar.

Tahun ini, Pertamina Field Limau fokus pada Niat Mila dengan menambah diferensiasi produk lewat pelatihan pembuatan herbal dan upaya menuju pasar yang lebih luas, pelatihan kewirausahaan dan perubahan kemasan produk untuk meningkatkan brand awareness produk, pelatihan hand sanitizer sebagai bentuk penyesuaian terhadap pandemi Covid-19, dan penambahan hardskill membuat karya dari lidi kelapa sawit.

Selain itu, pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) sebagai langkah mitigasi adanya kebakaran kebun warga dengan melakukan penguatan kelembagaan dan memberlakukan fungsi fasilitator dengan lebih baik lagi.

Penguatan kelembagaan yang dilakukan adalah dengan membentuk beberapa kelompok tani baru yang dibawahi oleh Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dan mendirikan pondok Taman Obat Keluarga (TOGA) sebagai bentuk replikasi dari aktivitas sharing knowledge bagi masyarakat Desa Karya Mulya, Prabumulih.

“Kami juga ada program pelestarian spesies macan dahan Sumatera, ini terancam langka. Ada program inisiasi batik boek khaman. Dua program ini inisiasi di 2021. Motif batik bisa dirangkai jadi suatu yang unik,” kata Zulfikar.

 

 


Dimulai 2017

Program Niat Mila Maduke Mas Pepi Samo Mbak Lisa yang berarti Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan.

Roadmap Niat Mila dimulai pada 2017 yang inisiasi Pertamina Field Limau. Kemudian mendapat bantuan pendampingan dari Universitas Sriwijaya. Ada beberapa program yang dihasilkan dari inisiasi Niat Mila.

Pengembangan Niat Mila dilakukan dengan bekerja sama dengan instansi pemerintah. Diharapkan pada tahun ini produk Niat Mila bisa mandiri. Ada 21 program yang bernaung di Niat Mila.

“Kami tidak hanya memberikan pelatihan, kami juga berikan skill, kompetensi. Kami juga memberikan sertifikasi standar BNSP,” katanya.

Dwi Koryana, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Prabumulih, mengatakan Pertamina EP Field Limau pada 2016 melalui Desa Karya Mulya pernah dapat tropi utama program kampung iklim.

“Pada 2021 Desa Karya Mulya dapat sertifikat program kampung iklim tingkat nasional. Melalui program Mas Pepi itu adalah program mitigasi penanggulanan bencana kebakaran,” kata Dwi.

Sepdi Al amin, anggota Mas Pepi, mengatakan manfaat yang di rasakan sangat besar. “Teman-teman banyak yang sudah memiliki pekerjaan dengan gaji lumayan. Dengan pelatihan K3 dan dasar dasar penanggulangan bencana bisa membuat para pemuda yang tidak punya skill menjadi punya kemampuan,” katanya.

Sementara itu, Luh Nyoman Rewi Andayani, Local Hero Pertamina Field Limau, mengatakan pada 2017 Pertamina datang memberikan pelatihan tanaman organik. Melalui pelatihan tersebut kelompok yang pada awalnya hanya satu berkembang menjadi dua kelompok.

Program pendampingan Pertamina mengajarkan anggota kelompok membuat kompos, pupuk cair, dan pengenalan obat-obatan. Pertamina juga menyediakan sarana untuk pelatihan, sehingga berkesinambungan.

“Tidak hanya ilmu yang dikasih, ada juga bantuan yang memperlancar pelatihan itu tadi. Pertamina juga membangunkan rumah toga, dan sarana outlet untuk promosi produk kami,” kata Luh.

Dia menambahkan kelompoknya merasakan berbagai manfaat. Secara ekonomi, rata-rata anggota kelompok mendapat penghasilan hampir Rp 1,6 juta per bulan. Dengan adanya peningkatan pendapatan otomatis bisa memberikan rasa percaya diri.

“Pemkot Prabumulih mulai melirik kami dan mereka memberikan pelatihan dan perizinan kepada produk kami. Ibu walikota kami pernah mengapresiasi produk jamu kami, jamu curcuma untuk menjaga daya tahan tubuh,” kata Luh.

Menurut Kepala Desa Karya Mulya Miril Firacha, Desa Karya Mulya adalah desa transmigrasi yang terdiri dari banyak suku, dan agama. Kemudian banyak kebun sawit, dan karet tetapi juga banyak limbah.

“Dengan program Pertamina, limbah yang tadinya tidak bermanfaat bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya