Problematika Capai Generasi Emas 2045 di Jawa Tengah

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki misi untuk menciptakan generasi emas di 2045. Namun, pandemi COVID-19 membuat pelayanan kesehatan terkendala.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Des 2021, 08:00 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo (Tengah). Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki misi untuk menciptakan generasi emas di 2045. Namun, pandemi COVID-19 membuat pelayanan kesehatan terkendala.

Seperti terjadi di Jawa Tengah (Jateng), menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo salah satu pelayanan kesehatan yang terkendala selama pandemi adalah imunisasi dasar.

Imunisasi dasar lengkap agak terganggu, vaksin hampir setengah tahun kosong, terutama Bacillus Calmette-Guérin (BCG), tapi mulai Juli sudah ada. Januari sampai Juli sempat tertunda,” katanya dalam acara Ekspose Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Jawa Tengah, Kamis (9/12/2021).

Selain itu, pelayanan di Posyandu selama pandemi tidak dilakukan tatap muka, sehingga ada perubahan pola pelayanan.

“Apakah berdampak ke gizi anak atau sebagainya, mungkin harus ada survei.”

Stunting dan Ancaman Generasi Bangsa


Kendala Mencapai Generasi Emas

Yuli menambahkan, untuk menyiapkan generasi emas, ada banyak problematika kesehatan. Beberapa kendala yang masih ada yakni kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi. 

“Kematian bayi harus diturunkan, kemudian stunting Jateng yang 28 persen harus jadi 14 persen di 2024, luar biasa tinggal dua tahun lagi ini. Lalu, tuberkulosis (TBC), itu kami 2028 harus eliminasi, tinggal 7 tahun ini, padahal sudah ratusan tahun ini penyakit. Ini problematikanya banyak sekali.”

Terkait Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), jika temuannya banyak itu artinya bagus, tambah Yuli.

“Ini kan seperti fenomena gunung es. Kalau enggak mencari ya enggak ketemu. Semakin banyak dicari ya banyak ditemukan. Jangan sampai ditemukan sudah meninggal. Kami akan terus menemukan lebih banyak, agar dapat diobati.”


3 Zero

Terkait program 3 Zero Yuli mengatakan bahwa kuncinya ada pada remaja. 3 Zero sendiri merupakan pelaksanaan program penanggulangan HIV-AIDS, yang meliputi zero (nol) infeksi baru, zero kematian terkait AIDS, serta zero stigma dan diskriminasi.

“Program 3 Zero jadi target di tahun 2030. Untuk bonus demografi, kuncinya ada di remaja. Kesehatan remaja penting sekali, ada calon ibu yang bisa melahirkan bayi stunting.”

“Apalagi remaja dalam demografi itu 24 persen dan masalah kesehatan remaja banyak banget ya. Anemia, obesitas, kesehatan reproduksi, narkoba perokok. Strateginya harus khusus karena ini anak-anak milenial yang perlu ada pendekatan khusus. Bonus demografi enggak jadi bencana, tapi benar jadi bonus,” tutup Yuli.

 


Infografis Benarkah COVID-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan?

Infografis Benarkah Covid-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan? (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya