Harga Emas Dunia dan Perak Kompak Turun

Tekanan harga emas dan perak pada logam berasal dari luar pasar utama.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Des 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Harga Emas Turun (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas dan perak susut, dengan perak mencapai level terendah dalam sembilan minggu. Tekanan harga pada logam berasal dari pasar luar utama yang berada dalam postur harian bearish.

Kenaikan imbal hasil obligasi treasury AS dalam minggu ini dan selera risiko pedagang dan investor yang lebih tajam minggu juga memberi efek negatif bagi logam safe-haven.

Melansir laman Kitco, Jumat (10/12/2021), harga emas terakhir turun USD 8,10 menjadi USD 1.777,40 dan perak turun USD 0,417 menjadi USD 22.015 per ounce.

Pedagang menantikan laporan data AS pada minggu ini, di mana laporan indeks harga konsumen November yang diperkirakan naik 0,7 persen dari November dan naik 6,7 persen secara year on year.

Data inflasi China, yang dirilis menunjukkan indeks harga produsen naik 12,9 persen tahun ke tahun, tetapi turun dari bulan lalu. Namun ini masih lebih baik dari harapan.

 


Pasar Saham dan Minyak

Petugas menunjukan dummy emas batangan saat pameran di Jakarta, Jumat (23/8/2019). Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau emas Antam turun Rp 4.000 menjadi Rp 751 ribu per gram, pada perdagangan Jumat (23/8/2019). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, pasar saham global beragam tetapi sebagian besar menguat dalam perdagangan semalam. Indeks saham AS melemah pada tengah hari.

Ini merupakan minggu yang sangat baik bagi kenaikan indeks saham AS dan Kamis melihat kemunduran korektif yang normal dari kenaikan yang kuat.

"Pasar luar" utama hari ini melihat harga minyak mentah Nymex melemah dan diperdagangkan di sekitar USD 71,50 per barel.

Namun, kenaikan minyak mentah juga memiliki minggu yang sangat baik. Indeks dolar AS lebih tinggi.

Sementara itu, imbal hasil obligasi 10-tahun Treasury AS saat ini mencapai 1,494 persen.  Imbal hasil obligasi AS telah meningkat minggu ini, di tengah gagasan kebijakan moneter AS yang lebih ketat dan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dalam beberapa bulan mendatang.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya