Liputan6.com, Paris - Presiden Emmanuel Macron sudah menyatakan bahwa Prancis tidak memiliki rencana untuk bergabung dengan boikot diplomatik Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing.
Macron mengatakan langkah semacam itu tidak akan signifikan dan hanya simbolis.
Advertisement
Dilansir dari laman BBC, Kamis (10/12/2021), AS, Inggris, Kanada dan Australia mengatakan mereka tidak akan mengirim perwakilan pemerintah ke pertandingan pada bulan Februari karena kekhawatiran atas catatan hak asasi manusia China.
Ini termasuk tuduhan pelecehan terhadap Uyghur dan minoritas lainnya.
Hubungan juga tegang karena tindakan keras terhadap kebebasan politik di Hong Kong dan kekhawatiran tentang pemain tenis China Peng Shuai, yang tidak terlihat selama berminggu-minggu setelah dia menuduh seorang pejabat tinggi pemerintah melakukan kekerasan seksual.
China mengatakan negara-negara yang memboikot permainan "akan menerima konsekuensi untuk tindakan keliru mereka".
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dampak Tak Signifikan
Pada konferensi pers yang diperpanjang pada hari Kamis, Macron mengatakan Olimpiade tidak boleh dipolitisasi, dan dia lebih suka tindakan yang memiliki "efek yang bermanfaat".
"Untuk lebih jelasnya: Anda memiliki boikot total, dan tidak mengirim atlet, atau Anda mencoba mengubah keadaan dengan tindakan yang bermanfaat," katanya.
Presiden menambahkan bahwa Prancis akan bekerja dengan Komite Olimpiade Internasional pada piagam untuk melindungi atlet, dalam referensi terselubung ke Peng Shuai.
“Saya tidak berpikir kita harus mempolitisasi topik ini, terutama jika itu untuk mengambil langkah-langkah yang tidak signifikan dan simbolis,” katanya.
Advertisement