Varian Omicron Batasi Window Dressing pada Akhir 2021

Varian baru COVID-19, omicron membatasi pergerakan window dressing karena menimbulkan ketidakpastian baik domestik dan global.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Des 2021, 20:30 WIB
Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Window dressing diprediksi terbatas memasuki akhir 2021 seiring munculnya varian baru COVID-19, omicron.

"Ini (window dressing) adaah tradisi di dunia investasi sehingga umumnya selalu ada. Hanya saja pada akhir 2021 pergerakkannya tertekan akibat situasi terkini yaitu keberadaan varian omicron," ujar Head of Invesment Information Team Mirae Asset Roger MM dalam acara seminar virtual Mirae Asset Sekuritas Indonesia dikutip Sabtu, (11/12/2021).

Varian baru COVID-19, omicron membatasi pergerakan window dressing karena menimbulkan ketidakpastian baik domestik dan global.

Selama informasi mengenai varian omicron masih sedikit khususnya terkait efektivitas vaksin menangkal mutasi terbaru itu sehingga semakin mempersempit pergerakan IHSG. Kecuali informasi tersebut sudah lengkap maka berubah menjadi katalis positif.

"Berdasarkan perspektif makro, peningkatan demand dari negara tetangga diharapkan mampu bahkan menjadi katalis positif dari window dressing pada Desember yang berlanjut pada 2022," ungkap Senior Invesment Information Nafan Aji Gusta.

Nafan menambahkan pada kuartal IV permintaan terhadap komoditas naik 3-6 persen sementara dari tahun ke tahun (YOY) pertumbuhannya sekitar 3,5-4 persen. Peningkatan konsumsi tersebut harus diikuti dengan upaya pemerintah dalam mitigasi pencegahan penyebaran varian omicorn di tanah air.

Senior Invesment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Martha Christina menambahkan, alasan minimnya akselerasi window dressing terhadap IHSG pada penghunjung tahun, salah satu karena IHSG sudah naik signifikan sejak Oktober bahkan naik tajam.

Sementara itu, pada November 2021, IHSG mengalami menyusut 0,9 persen MoM usai menguat 4,8 persen pada Oktober bahkan sempat mencetak rekor tertinggi. Pada November 2021, IHSG berada di level 6.354 dengan rentang 6.754-6.488. Sepanjang 2021, IHSG naik 9,3 persen. Martha menilai November merupakan momentum pemulihan ekonomi Indonesia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Proyeksi IHSG 2022

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Martha menuturkan, target IHSG pada 2022 masih optimistis di 7.600, bull case sekitar 8.000 dan bare case yaitu 6.000. Pertumbuhan konsumsi masyarakat menjadi kunci perbaikan ekonomi karena mulai terbangun kepercayaan diri untuk membeli sebuah produk. Hal ini berbanding lurus dengan pendapatan masyarakat mulai pulih. Tingginya konsumsi tentu berpengaruh terhadap laba perusahaan.

Selain itu, aliran dana investor asing masih akan masuk ke pasar modal Indonesia. Martha menilai ancaman tappering dan kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) masih berimbas positif terhadap IHSG Hal ini berdasarkan pengalaman sebelumnya pada 2015-2016 yang mana saat itu IHSG berada di level aman.


Review November 2021

Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham paling banyak dibeli asing pada November 2021 antara lain saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Peningkatan pendapatan perusahaan menjadi alasan utama investor asing menanamkan modal di saham ini. Saham TLKM mencatat kenaikan laba bersih 13 persen sementara PGAS melesat 440 persen.

Sektor transportasi menjadi sektor terbaik selama November dengan meroket 23 persen menyusul sektor energi sebanyak 5 persen. Beberapa saham penggerak sektor transportasi adalah TMAS, ASSA, HRUM, dan BYAN. Sementara bidang properti dan teknologi jadi paling lesu dengan penyusutan masing-masing 5,8 persen dan 5,7 persen.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya