Penghimpunan Dana IPO Sentuh Rp 62,08 Triliun hingga 8 Desember 2021

Mengutip data BEI, pertumbuhan secara persentase jumlah perusahaan tercatat di Indonesia paling tinggi di ASEAN.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Des 2021, 14:59 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) mencapai Rp 62,08 triliun hingga 8 Desember 2021. Penghimpunan dana IPO itu berasal dari 50 emiten baru yang tercatat sepanjang 2021.

Perolehan dana IPO hingga 8 Desember 2021 itu meningkat dari sepanjang 2020 yang mencapai Rp 5,58 triliun. Pada 2020, emiten yang tercatat di BEI sebanyak 51 emiten.

Mengutip data BEI, pertumbuhan secara persentase jumlah perusahaan tercatat di Indonesia paling tinggi di ASEAN periode Oktober 2021-2016 jumlah perusahaan tercatat mencapai 751 emiten hingga Oktober 2021 dari 537 emiten pada 2016 sehingga ada pertumbuhan 40 persen.  

Disusul Vietnam yang catat pertumbuhan 26 persen dari 320 emiten menajdi 404 emiten. Kemudian disusul Thailand dengan mencatat pertumbuhan 17 persen dari 656 emiten menajdi 767 emiten hingga Oktober 2021. Sedangkan Singapura turun 11,4 persen dari 757 emiten menjadi 671 emiten.

"Di antara negara ASEAN kita lihat Indonesia growth tertinggi. Singapura turun 11,4 persen. Posisi kedua Vietnam 26 persne, Vietnam masih baru mulai dibuka dan growth sangat tinggi berkisar 404 perusahaan. Malaysia hampir rata, selama enam tahun pertumbuhan 4,8 persen, Thailand pertumbuhan masih bagus,” ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, saat media gathering dikutip Minggu (12/12/2021).

Hingga 9 Desember 2021, ada 51 emiten yang sudah tercatat di BEI. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, ada tiga lagi perusahaan yang akan catatkan saham perdana pada pekan ketiga Desember 2021.  Dengan demikian, hingga pekan ketiga Desember 2021, ada 54 emiten baru.

“Fund raised spike lagi dari 2020 terkumpul Rp 5,58 triliun untuk 51 perusahaan tercatat. (2021-red) 50 perusahaan tercatat Rp 62,08 triliun kalau dibandingkan negara Asia, baik jumlah perusahaan tercatat dan fund raise mudah-mudahan kita tertinggi,” kata Nyoman.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sektor Teknologi dan ESG Jadi Perhatian Investor

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk target 2022, Inarno menambahkan, pihaknya optimistis target pencatatan saham perdana akan lebih baik dibandingkan 2021.

"Tahun 2022 itu kita akan lebih bagus, lebih optimis dari 2021 tentunya baik dari pencapaian listed,untuk saham yang lain kita targetkan lebih dari 2021,” kata Inarno.

Untuk sektor perusahaan yang akan tercatat, Nyoman menuturkan, pihaknya membuka semua sektor perusahaan untuk tercatat di pasar modal Indonesia. Akan tetapi, memang ada sejumlah sektor saham yang jadi perhatian antara sektor teknologi dan energi baru terbarukan.

“Paling tidak sudah dijelaskan sektor teknologi, kedua renewable energy. Basic concern para investor, perusahaan yang perhatikan ESG. Nanti ke depan renewable energy apa yang bisa dikatakan new economy. Berbasis teknologi dan perhatikan ESG,” kata dia.

Nyoman menambahkan, dalam pipeline IPO menyebar ke semua sektor saham.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya