Liputan6.com, Bali Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menargetkan, aplikasi PeduliLindungi terintegrasi dengan aplikasi di Arab Saudi dan negara-negara Asia lain pada akhir tahun 2021. Integrasi PeduliLindungi pun dapat memudahkan sistem protokol kesehatan bagi jemaah Indonesia menjalankan ibadah haji dan umrah.
"Mudah-mudahan akhir tahun ini, kami akan menetapkan kesepakatan dengan Arab Saudi dan juga negara-negara Asia untuk menyelaraskan aplikasi kami (PeduliLindungi)," ungkap Budi Gunadi dalam pidato acara "Health Business Gathering 2021" di Mulia Resort, Kabupaten Badung, Bali, ditulis Minggu (12/12/2021).
Baca Juga
Advertisement
Penyelarasan aplikasi PeduliLindungi dengan aplikasi prokes di negara-negara lain merupakan upaya mewujudkan standar protokol kesehatan global. Hal ini menjadi salah satu topik disuarakan Indonesia dalam Presidensi G20 2022.
Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih membahas panduan standar protokol kesehatan global bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Digital European Union (EU) COVID-19 Certificate, dan International Civil Aviation Organization (ICAO).
"Kami sedang berbicara dengan EU dan juga International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk mengatur standar protokol kesehatan," jelas Budi Gunadi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Bangun Standar Protokol Kesehatan Global
Indonesia memandang standar protokol kesehatan global perlu dibangun. Dalam hal ini, ketika pergi ke negara lain, standar protokol kesehatan cukup dengan kelengkapan dokumen yang sudah terintegrasi lewat aplikasi prokes masing-masing negara, sehingga tinggal diverifikasi di negara tujuan.
"Kita harus menyelaraskan standar protokol Kesehatan global. Jika pergi ke Tiongkok, misalnya, ada persyaratan vaksinasi yang harus diunduh lewat aplikasi tertentu. Jika Anda pergi ke India, berbeda juga protokolnya," jelas Budi Gunadi Sadikin.
"Lain juga kalau kita pergi ke Roma, Italia. Padahal, jika kita belajar dari keimigrasian, hanya ada satu dokumen standar yang disebut paspor, dan proses keimigrasiannya sama. Itu adalah sesuatu yang ingin kami lakukan."
Menkes Budi juga menekankan, standar protokol kesehatan harus dapat dibangun secara menyeluruh. Tidak hanya di negara-negara maju, melainkan negara-negara berkembang.
"Kami percaya pada prinsip ekuitas, perangkat lunak, dan perangkat keras, serta kemampuan manufaktur perlu disebarkan secara global. Tidak akan cukup hanya terjadi di negara-negara maju. Itu harus dibangun di negara-negara berkembang," pungkasnya.
Advertisement