Inflasi AS Sentuh Posisi Tertinggi dalam 39 Tahun

Inflasi di AS mencapai level tertinggi dalam 39 tahun pada November 2021.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Des 2021, 14:30 WIB
Orang-orang berjalan melalui restoran yang mengoperasikan area luar ruangan (outdoor) hingga ke trotoar dan jalanan di New York, 3 Oktober 2020. Kota itu mengizinkan restoran membuat area makan outdoor sebagai upaya mengatasi dampak ekonomi COVID-19 yang berkelanjutan. (AP Photo/John Minchillo)

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat mencatatkan kondisi inflasi terburuk pada November 2021. Inflasi di negara adidaya ini mencapai level tertinggi dalam 39 tahun pada November 2021.

Pemicunya karena ekonomi negara itu yang masih bergulat dengan dampak pandemi COVID-19 - mendorong kenaikan permintaan konsumen serta adanya gangguan rantai pasokan yang terus-menerus, ditambah dengan kurangnya tenaga kerja.

Dikutip dari laman USA Today, Senin (13/12/2021) indeks harga konsumen di AS melonjak 6,8 persen dari tahun sebelumnya, dan merupakan laju tercepat sejak 1982. 

Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, lonjakan ini terjadi karena kenaikan harga bahan pokok seperti makanan dan bensin, mobil baru dan bekas, sewa dan layanan dokter, di antara barang dan jasa lainnya - naik hingga 6,2 persen, yang tertinggi dalam tiga dekade pada bulan Oktober.

Inflasi AS melonjak sejak musim semi karena vaksinasi COVID-19 meningkat dan ekonomi dibuka kembali setelah penutupan yang diperintahkan pemerintah tahun lalu.

Efek dari harga yang lebih tinggi dirasakan oleh pembeli, juga menjadi kritik dari pesaing Presiden Biden dari Partai Republik, sebagai masalah kampanye menjelang pemilihan paruh waktu tahun depan.

Sementara itu, banyak ekonom yang menyebutkan inflasi akan mereda secara substansial tahun depan karena kemacetan pasokan mereda, tetapi dampak politik dapat merugikan dukungan presiden untuk program pengeluaran sosialnya yang besar.

"Tidak sejak rilis lagu Thriller (oleh Michael Jackson) tekanan inflasi sekuat ini di AS," tulis TD Economics dalam sebuah catatan kepada klien.


Kenaikan Harga Bahan Makanan di AS

Papan reklame digital Desa Mandiri Budaya Sabdodadi terpasang di Times Square Kota New York Amerika Serikat. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Bulan lalu, harga bahan makanan di AS naik 6,4 persen, dengan lonjakan 13,9 persen untuk daging sapi, 16,8 persen untuk daging babi, 8,4 persen untuk daging ayam dan 8 persen untuk ikan.

Harga bensin di AS juga melonjak 58,1 persen sepanjang tahun lalu, dan naik 6,1 persen di bulan November.

Harga mobil dan truk bekas melonjak 31,4 persen dari tahun lalu dan biaya kendaraan baru naik 11,1 persen karena industri terus bergulat dengan kekurangan chip yang membatasi produksi kendaraan baru.

Pada basis bulanan, harga konsumen di AS secara keseluruhan meningkat 0,8 persen di bulan November sementara harga inti naik 0,5 persen.

Meskipun upah juga naik sebagai akibat dari kekurangan pekerja, mereka tidak mengimbangi kenaikan harga, menekan rumah tangga berpenghasilan rendah.

Ekonom dari PNC Financial Services Group, yakni Bill Adams, mengatakan bahwa penurunan harga minyak mentah baru-baru ini juga harus menyaring untuk memompa biaya dan kemungkinan berarti inflasi secara keseluruhan telah mencapai puncaknya dan akan agak mendingin pada bulan Desember.

Hotel, restoran dan toko-toko di AS juga berjuang untuk mencari pekerja, menaikkan upah secara tajam dan memaksa outlet untuk lebih menaikkan harga.

Meskipun kenaikan harga di AS pada awalnya sebagian besar terbatas pada produk dan layanan terkait COVID-19, seperti mobil, tiket pesawat, hotel, kenaikan tersebut telah meluas hingga mencakup berbagai item, termasuk makanan, sewa, dan bensin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya