14 Desember 1995: Kesepakatan Dayton Akhiri Perang di Bosnia

Bosnia dan Herzegovina adalah federasi Muslim-Kroasia yang mewakili 51% dari wilayah negara dan republik Serbia memegang 49% sisanya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Des 2021, 06:00 WIB
Deretan batu nisan terlihat di pemakaman korban pembantaian Sreberenica, Potocari, Bosnia, 7 Juli 2020. Lebih dari 8.000 muslim Bosnia tewas dalam 10 hari pembantaian setelah kota itu dikuasai pasukan Serbia pada bulan-bulan terakhir perang saudara 1992-1995. (AP Photo/Kemal Softic)

Liputan6.com, Sarajevo - Tepat hari ini, pada 1995, para pemimpin Bosnia, Serbia dan Kroasia telah menandatangani Kesepakatan Dayton di Paris untuk mengakhiri tiga setengah tahun perang di Balkan. Di bawah kesepakatan itu, Bosnia dipertahankan sebagai satu negara tetapi dibagi menjadi dua bagian.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (14/12/2021), Bosnia terdiri dari federasi Muslim-Kroasia yang mewakili 51% dari wilayah negara dan republik Serbia memegang 49% sisanya. Sarajevo akan menjadi kota terpadu dengan Serbia menyerahkan beberapa pinggiran kota yang saat itu mereka kendalikan.

Tiga pemimpin menandatangani kesepakatan damai dikelilingi kepala negara Eropa di istana Paris yang berlangsung di hadapan 50 pemimpin dunia lain dan kepala organisasi internasional.

Slobodan Milosevic dari Serbia mengatakan, negara itu sudah terlalu lama terbuang. Dia berkata, "Mengenai pelaksanaan perjanjian damai dan peran pasukan perdamaian internasional, kunci keberhasilan misinya adalah keadilan."

Franjo Tudjman dari Kroasia berbicara tentang tujuannya untuk hubungan yang lebih erat antara rakyatnya dan Uni Eropa.

Kesepakatan itu didorong oleh Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dan NATO yang bergerak untuk melindungi daerah itu -- dengan kekuatan utama.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

200 Ribu Orang Tewas dalam Perang Bosnia

Seorang pria berdoa di pemakaman korban pembantaian Sreberenica, Potocari, Bosnia, 7 Juli 2020. Lebih dari 8.000 muslim Bosnia tewas dalam 10 hari pembantaian setelah kota itu dikuasai pasukan Serbia pada bulan-bulan terakhir perang saudara 1992-1995. (AP Photo/Kemal Softic)

Keberhasilan mempertahankan kesepakatan ini kemudian menentukan bantuan untuk negara yang sempat dilanda perang.

Di mana setidaknya 200.000 orang tewas dalam konflik paling berdarah yang terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II.

Beberapa juta orang kehilangan tempat tinggal akibat dari apa yang disebut operasi pembersihan etnis. Banyak pengungsi lain melarikan diri dari negara itu daripada terjebak dalam pertempuran.

Presiden Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah KTT bahwa terserah kepada tiga pemimpin dan rakyat mereka untuk memastikan perdamaian.

"Tidak ada seorang pun di luar yang dapat menjamin bahwa Muslim, Kroasia, dan Serbia di Bosnia dapat bersatu dan tetap bersama sebagai warga negara dab berbagi takdir yang sama," kata Presiden Clinton.

"Hanya orang-orang Bosnia yang bisa melakukan itu."


Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun?

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya