Komisi VI DPR Optimis Krakatau Steel Mampu Bayar Utang

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima mengatakan, PT Krakatau Steel Tbk masih memiliki kemampuan secara positif untuk dapat menyelesaikan utang-utangnya

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Des 2021, 19:45 WIB
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk resmi meluncurkan logo baru perusahaan jelang hari jadinya yang ke 50 pada 31 Agustus 2020 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima mengatakan, PT Krakatau Steel Tbk masih memiliki kemampuan secara positif untuk dapat menyelesaikan utang-utangnya. Ini karena perusahaan tersebut masih memilki equitas positif.

Hal itu terlihat dari laporan keuangan PT Krakatau Steel Tbk yang diterbitkan oleh Price Water Hause Cooper (PWC) bahwa total aset Krakatau Steel sebesar USD 3.486.349,000, sementara total kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya sebesar USD 3,037,626,000.

"Berarti PT Krakatau Steel masih memilki equitas positif equitas kurang lebih sebesar USD 500 juta," terang Aria, dalam webinar forum dialog " Transformasi Krakatau Steel Di Tengah Pandemi" pada Senin (13/12/2021).

Saat ini Krakatau Steel memiliki kewajiban jangka pendek untuk membayar utang yang jatuh tempo pada akhir tahun ini kepada Bank Himbara sebesar USD 200.000.000.

"Secara hitungan matematika sederhana, seharusnya PT Krass mampu menyelesaikan masalah utang jangka pendek ini, karena memilki aset lancarnya sebesar USD 835.342.000," jelas Aria.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Konsumsi Produk Baja

(Foto: Krakatau Steel)

Dalam kesempatan itu, Aria juga memaparkan konsumsi produk akhir baja / finished steel yang dihitung dengan formula apparent steel consumption (ASC) pada tahun 2020 sebesar 15,1 juta ton.

Karena pandemi, konsumsi baja turun dibandingkan pada tahun 2019, yang mencapai 15,9 juta ton.

"Namun demikian produksi baja sepanjang tahun 2020 justru mampu meningkat 19,6 persen dibandingkan tahun 2019," ungkap Aria.

Peningkatan nilai ekspor baja juga mencapai hingga 6,5 persen.

Hal ini mengartikan, penurunan aktivitas produksi pada negara-negara asal produk impor berhasil dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh produsen baja nasional untuk memasok kebutuhan baja domestik selama masa pandemi.

Aria juga mengungkapkan, permintaan baja selama semester satu 2021 tercatat meningkat menjadi 6,7 juta ton atau naik sekitar 36 persen dari permintaan di periode yang sama pada 2020.

Produksi domestik dan ekspor meningkat 12,5 persen, sementara ekspor menurun sekitar 25 persen di semester satu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya