Jadi Joki untuk Disuntik Vaksin, Pria Ini Dikabarkan Terima 10 Dosis dalam Sehari

Terima 10 dosis vaksin untuk Covid-19, pria ini bekerja gantikan orang lain untuk disuntik

oleh Muhammad Fahrur Safi'i diperbarui 13 Des 2021, 21:40 WIB
Petugas kepolisian Italia mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di pusat vaksinasi yang terletak di gym barak polisi di Roma, Jumat (10/12/2021). Pemerintah Italia telah mewajibkan vaksinasi COVID-19 bagi anggota polisi mulai 15 Desember mendatang. (AP Photo/Alessandra Tarantino)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah pandemi Corona Covid-19 yang hingga saat ini belum berakhir, sampai saat ini banyak upaya telah dilakukan untuk mengatasinya. Salah satunya ialah dengan menyuntik vaksin ke setiap orang agar kebal terhadap virus dan bisa menjalani new normal secara global.

Negara-negara di dunia pun sudah gencar dalam mengatur agar setiap warganya menerima suntikan vaksin. Apalagi saat ini vaksin menjadi salah satu syarat penting dalam mobilitas masyarakat.

Namun di tengah upaya dalam mengatasi masalah Covid-19 ini, ternyata ada saja kejadian yang tidak lazim. Bahkan ada orang yang mau terima upah untuk gantikan orang lain dalam menerima suntikan vaksin. Mengutip dari Odditycentral, Senin (13/12/2021) seorang pria di New Zealand dikabarkan terima 10 dosis vaksin dalam sehari saat gantikan orang lain. 

Hal ini terjadi karena fasilitas vaksin di New Zealand tidak terlalu banyak syarat dan hanya menyebutkan beberapa informasi pribadi. Mengutip dari Stuff, Senin (13/12/2021) atas aksi pria tersebut hal ini pun memicu penyelidikan dari dinas terkait, seperti Kementerian Kesehatan Selandia Baru untuk menindak lanjuti kasus tersebut.

Berikut ulasan pria jadi joki untuk terima suntikan vaksin yang Liputan6.com kutip dari berbagai sumber, Senin (13/12/2021)

 

Jadi joki vaksin, pria ini terima 10 dosis dalam satu hari

Staf medis menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech untuk disuntikkan kepada anak berusia 12 hingga 17 tahun di Hanoi, Vietnam, Selasa (23/11/2021). Menurut data Kementerian Kesehatan Vietnam, hampir 108 juta dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan kepada warga. (Nhac NGUYEN/AFP)

Selandia Baru saat ini tengah gencar dalam menggalakan suntikan dosis kedua untuk mencapai 90% sebelum Natal. Namun tentu saja hal ini tidak mudah, karena masih ada beberapa warganya yang kurang antusias dan malah menggunakan joki hanya untuk dapatkan sertifikat vaksin.

Kejadian yang terungkap ini akhirnya memicu sejumlah pihak untuk melakukan investigasi karena ditangkapnya seorang pria yang menerima 10 dosis vaksin dalam sehari usai menerima pembayaran untuk mengantikan vaksin di fasilitas kesehatan. 

Mengutip dari Odditycentral, Senin (13/12/2021) orang yang identitasnya tidak disebutkan tersebut dilaporkan mengunjungi beberapa pusat vaksinasi di Auckland dan menerima vaksin Covid-19 beberapa kali atas nama orang lain yang membayarnya sebagai joki. Dalam aksinya, ia akan menerima suntikan usai memberikan nama, tanggal lahir dan alamat "penyewa" kepada petugas dan tidak diperlukan identifikasi foto.


Terima 10 dosis vaksin dalam sehari akan mengalami efek samping

Lolosnya oknum joki ini karena ada aturan yang ditetapkan untuk mempermudah setiap orang mendapatkan vaksinasi secara cepat. Namun dalam prakteknya ternyata malah disalahgunakan. 

“Orang-orang yang tidak memiliki bentuk identifikasi foto adalah orang-orang yang tidak proporsional dalam kelompok rentan – tunawisma atau transien, orang tua, orang muda, orang cacat – dan kami tidak ingin membuat hambatan untuk vaksinasi mereka,” juru bicara untuk kampanye vaksinasi yang dikutip dari Odditycentral.

Selain itu usai mendapatkan dosis yang berlebihan ternyata tidak akan membuat penerima vaksin meninggal atau menderita bahaya serius. Namun tetap akan menerima efek samping seperti demam, sakit kepala dan nyeri umum.

“Kami tahu bahwa dosis yang lebih tinggi menghasilkan reaksi vaksin yang lebih umum, seperti demam dan sakit kepala dan nyeri, jadi Anda mungkin mengantisipasi dia akan merasa sangat pusing keesokan harinya,” Helen Petousis-Harris, dari University of Auckland, yang dikutip dari Odditycentral.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya