Kisah Petani Milenial Garut Sukses Petik Cuan dari Budi Daya Bibit Anggur Impor

Memiliki dasar sebagai petani holtikultura, pengusaha furnitur asal kampung Walahir, Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan, Garut ini, akhirnya banting setir mendalami budi daya salah satu buah jenis tanaman merambat.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 15 Des 2021, 08:00 WIB
Yosep Mulyana (36), petani milenial asal Garut, Jawa Barat, menunjukan ranumnya buah anggur impor yang sukses ia kembangkan di pekarangan rumah miliknya di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pelemahan ekonomi semasa pandemi Covid-19, tidak membuat Yosep Mulyana (36) berhenti bermimpi. Petani milenial asal Garut, Jawa Barat, mampu mengubah musibah menjadi berkah dengan sukses membudidayakan bibit tanaman anggur impor di kota intan Garut.

Memiliki dasar sebagai petani holtikultura, pengusaha furnitur asal kampung Walahir, Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan, Garut ini, akhirnya banting setir mendalami budi daya salah satu buah jenis tanaman merambat tersebut.

"Saya melihat tanaman anggur ini banyak manfaatnya, harganyanya pun kita yang atur," ujar dia, saat disambangi di kediamannya, Selasa (14/12/2021).

Menurut Yosep, iklim Kabupaten Garut yang terbilang sejuk dengan topografi pegunungan cocok dalam budi daya tanaman anggur, termasuk jenis impor.

Awalnya puluhan bibit varietas jenis anggur impor sengaja ia kembangkan, hingga akhirnya mampu menghasilkan varietas unggul untuk dikembangkan.

"Total sekitar 25 varietas yang sukses dari 40 jenis bibit anggur yang kami coba (percobaan)," ujar salah satu petani milenial Kota Intan itu.

Perlahan pasti, rintisan usaha budi daya bibit tanaman anggur impor yang ia kembangkan mulai dilirik konsumen, termasuk soal kesuksesan jenis ragam bibit anggur yang ia jual.

"Salah satu keunggulan bibit yang kami jual adalah buahnya banyak dan masa tanam yang relatif singkat," kata dia.

Menggunakan lahan pekarangan depan hingga belakang rumah dengan luasan tak seberapa, ia mulai menyusun untuk mengembangkan budi daya bibit tanaman anggur tersebut secara optimal.

"Tanaman anggur itu, sebelum panen sekalipun kami sudah bisa menghasilkan uang dari menjual bibit, termasuk entres," ujar dia.

Kondisi itu berbanding lurus dengan situasi pandemi, yang mengharuskan usaha lebih banyak digerakan dalam ruangan atau kebun buatan. "Selain mudah, hasil yang didapatkan cukup besar," ujar dia bangga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:


Usaha Saat Pandemi

Yosep Mulyana (36), petani milenial asal Garut, Jawa Barat, menunjukan ribaun bibit tanaman anggur impor yang sukses ia kembangkan di pekarangan rumah miliknya di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Gayung bersambut, varietas tanaman anggur jenis lokal seperti Isabela dan Red Master yang memiliki rasa asam, ternyata mampu dibudidayakan melalui sistem okulasi dengan jenis varietas anggur impor yang memiliki rasa manis dan ukuran buah yang terbilang cukup besar.

"Kenapa harus indukan tanaman bawahnya lokal? Sebab tanaman anggur lokal sudah teruji dengan cuaca, iklim dan lingkungan alam Garut," kata dia.

Saat ini, ragam jenis anggur impor mulai varietas Ninel, Jupiter, Kristomunte, Akademik, Transfiguration, Super Sonaka, Dixon, Ara15, Bogema, Taldun, Baikonur, Daboskiping, Hilaria, Sangsakerta, hingga Gozpie, tumbuh dengan baik di alam Garut.

"Paling banyak varietas anggur yang kami kembangkan berasal dari Ukrania, Amerika Serikat hingga Rusia," kata dia.

Rata-rata bibit anggur impor yang berhasil ia kembangkan, lebih banyak diserap pasar luar wilayah Garut seperti wilayah Jabodetabek.

"Alhamdulillah tiap bulan kami berhasil kirim baru sekitar setu truk dengan omzet hingga 50 juta," kata dia.

Sementara itu, soal prediksi buah yang berhasil dipanen, disesuaikan dengan masa tanam tanaman anggur. "Biasanya kalau enam bulan prediksi 8 kilogram, kalau 10 bulan bisa 20 kilogram," ujar dia.

Sedangkan, soal harga jual buah anggur, petani milenial anggur impor itu, menyatakan saat ini rata-rata harga jual anggur di kebun dengan memetik sendiri dibanderol Rp100 ribu per kilo.

"Soal berapa totalnya tinggal lihat tandanya kalau banyak cabangnya biasanya banyak bakal buah anggur yang akan dipanen," papar Ketua pos penyuluhan tingkat desa (posluhdes) Mekarsari itu bangga.


Kembangkan Tambulapot

Yosep Mulyana (36), petani milenial asal Garut, Jawa Barat, menunjukan ribaun bibit tanaman anggur impor yang sukses ia kembangkan di pekarangan rumah miliknya di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Untuk mengembangkan penjualan bibit tanaman anggur impor bagi konsumen, dia mulai mengembangkan pola tanaman dalam bentuk "Tambulapot" atau Tanaman buah dalam pot. "Cuma ini memang tanamannya jenis anggur impor," kata dia.

Menggunakan media pot yang telah ditanami media tumbuh tanah subur, dengan tambahan pupuk organik secara pas, pertumbuhan tanaman anggur impor melalui sistem tambulapot terbilang optimal.

"Satu pot dengan tanaman buah anggur siap panen kami jual Rp1,5 juta, kalau di luaran biasanya mencapai Rp2,5 juta per pot," kata dia.

Selain masa pertumbuhan tanaman yang terbilang cepat, ukuran pot yang tidak terlalu besar cukup efektif membantu para petani yang tidak memiliki lahan luas dalam pola pengembangan budi daya anggur.

"Soal jenis tanaman yang akan ditanaman dalam pot, bisa dipilih konsumen sesuai selera," kata dia.

Yosep menambahkan, selain memiliki nilai jual yang cukup tinggi, budidaya tanaman anggur dinilai cocok bagi petani yang menyenangi pola tanam dengan sistem panen cukup lama.

"Tanaman anggur bisa panen setahun 2-3 kali dengan usia tanaman bisa puluhan tahun," kata dia.

Bahkan, salah satu tanaman anggur lokal di Garut, mampu bertahan cukup efektif dalam usia hingga 30 tahun sejak pertama kali petani melakukan penananam. "Tanaman aslinya sudah sebesar betis orang dewasa," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya