Australia dan Korea Selatan Teken Kontrak Bidang Pertahanan Senilai Rp 10 Triliun

Ini adalah kontrak pertahanan terbesar yang dicapai antara Australia dan sebuah negara Asia, dan terjadi pada saat ketegangan meningkat antara Australia dan China.

Oleh DW.com diperbarui 14 Des 2021, 18:25 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyaksikan penandatanganan senjata pada 13 Desember 2021.(AFP)

, Canberra - Presiden Moon Jae-in berkunjung ke Australia. Ia menjadi pemimpin asing pertama yang mengunjungi negara itu sejak pandemi COVID-19 merebak.

Kunjungan tersebut berbuah kesepakatan antara Australia dan Korea Selatan di bidang pertahanan senilai $720 juta atau bernilai sekitar 1 miliar dolar Australia atau sekitar Rp 10 triliun.

Mengutip DW Indonesia, Selasa (14/12/2021), kesepakatan itu terkait perusahaan pertahanan Korea Selatan, Hanwha untuk memasok senjata artileri, kendaraan pasokan dan radar untuk militer Australia. Ini adalah kontrak pertahanan terbesar yang dicapai antara Australia dan sebuah negara Asia, dan terjadi pada saat ketegangan meningkat antara Australia dan China.

Australia baru-baru ini mengumumkan kesepakatan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir dalam kemitraan dengan AS dan Inggris - sebuah langkah yang sangat dikecam Beijing.

Dalam kunjungan kali ini, Presiden Moon Jae-in bertemu dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison. Kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan hubungan formal antara kedua negara menjadi "kemitraan strategis yang komprehensif."

Kedua pemimpin juga mengatakan mereka akan bekerja sama dalam mengembangkan teknologi energi bersih, termasuk energi hidrogen, dan memfasilitasi pasokan mineral penting yang berlimpah di Australia.

Korsel Tak Ikut Boikot Olimpiade di Beijing

Korea Selatan adalah mitra dagang terbesar keempat Australia dan pasar ekspor terbesar keempat di bawah perjanjian perdagangan bebas yang telah berlaku sejak 2014. Tahun ini menandai peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.

Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin pada pengarahan harian mengeritik Australia atas upayanya meningkatkan kapasitas pertahanan. 

Wang menuduh Australia "berusaha mengalihkan perhatian dengan menarik garis ideologis serta menciptakan musuh imajiner atas nama demokrasi dan kebebasan."

Di pihak lain, Korea Selatan mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam boikot diplomatik yang dilancarkan beberapa negara terhadap Olimpiade Musim Dingin di Beijing yang akan digelar Februari tahun depan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Berpeluang Ciptakan 300 Pekerjaan

Ilustrasi Foto Lowongan Kerja (iStockphoto)

PM Morrison mengatakan kontrak pertahanan baru akan menciptakan sekitar 300 pekerjaan di Australia, di mana sebuah divisi Hanwha beroperasi. "Kontrak yang telah kami tandatangani hari ini, saya pikir, berbicara banyak tentang apa yang kami yakini sebagai kemampuan industri pertahanan Korea,” kata Morrison.

Peningkatan daya gempur militer AustraliaMoon mengatakan Korea Selatan memiliki nilai-nilai yang mirip dengan Australia dalam aspek geopolitik, tetapi juga hubungannya dengan China penting, terutama dalam hal mengejar perdamaian dengan Korea Utara. "Oleh karena itu, Korea Selatan fokus pada aliansi teguh dengan AS dan juga pada hubungan dengan China," kata Moon.

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan pemerintahnya berkomitmen untuk menjaga keamanan di kawasan, dan kontrak yang baru akan membantu memodernisasi militer Australia.

"Kemampuan utama kendaraan baru adalah menembak dan bergerak cepat, menghindari serangan balik musuh,'' kata Dutton. "Proyek ini akan berarti peningkatan yang signifikan dalam tingkat daya tembak dan keamanan serta kemampuan artileri Australia.''


Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular COVID-19

Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya