Target Stunting 14 Persen pada 2024, Wapres: Anak Adalah Generasi Penerus Bangsa

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'aruf Amin mengungkapkan bahwa saat ini satu dari tiga balita Indonesia mengalami stunting.

oleh Diviya Agatha diperbarui 15 Des 2021, 12:00 WIB
KH. Ma'aruf Amin memberikan keterangan pers terkait fatwa MUI MUI tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Medsos, Jakarta, Senin (5/6). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Beragam upaya tengah digencarkan untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Mengingat pada tahun 2024 mendatang, stunting ditargetkan menjadi 14 persen.

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'aruf Amin mengungkapkan bahwa saat ini satu dari tiga balita Indonesia mengalami stunting. Kondisi tersebut pun bisa menjadi persoalan dalam hal masa depan bangsa.

"Anak-anak itu adalah generasi penerus, merekalah masa depan kita. Bagaimana kita bisa mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045? Kalau modal dasarnya yaitu anak-anak bangsa mengalami stunting, terganggu perkembangan kognitif dan kesehatannya," ujar Ma'aruf saat membuka Forum Stunting Nasional 2021 pada Selasa, (14/12/2021).

Berkaitan dengan hal tersebut, Ma'aruf pun menyampaikan keseriusan pemerintah dalam menangani stunting yang saat ini masih berada di angka 27,67 persen.

Ia pun menyampaikan bahwa pada Agustus 2021 lalu, Presiden RI Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 tentang percepatan penurunan stunting.

"Perpres ini memberikan dasar hukum untuk melakukan penguatan kerangka substansi, intervensi, pendanaan, serta pemantauan, dan evaluasi yang diperlukan dalam berbagai upaya percepatan penurunan stunting," kata Ma'aruf.

Ma'aruf juga mengungkapkan, investasi dan intervensi gizi harus dilakukan mulai dari sekarang. Stunting sendiri dapat berdampak pada penurunan produk domestik bruto (PDB).

"Kita harus berinvestasi pada intervensi gizi sejak sekarang. Investasi ini adalah kunci yang akan membentuk masa depan bangsa kita. 1 dolar yang diinvestasikan pada program gizi dapat menghasilkan keuntungan berpuluh kali lipat," ujar Ma'aruf.

"Sebaliknya, studi Bank Dunia menunjukkan bahwa kerugian akibat stunting dan kekurangan gizi akan berdampak pada pengurangan sedikitnya 3 persen PDB suatu negara," tambahnya.


Membutuhkan banyak pihak

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr dr Hasto Wardoyo, SpOG(K). Ia mengungkapkan bahwa dalam upaya menurunkan stunting, dibutuhkan bantuan banyak pihak.

"Kompleksitas, intervensi program percepatan penurunan stunting tentu membutuhkan gotong royong. Tidak hanya pemerintah, tapi juga swasta, masyarakat, perguruan tinggi, dan organisasi swasta, termasuk media," ujar Hasto.

Menurutnya, penurunan tersebut menjadi hal yang cukup menantang karena harus menurunkan lebih dari tiga persen angka stunting per tahunnya jelang 2024.

"Suatu penurunan yang cukup menantang dengan kecepatan penurunan yang harus lebih dari tiga persen per tahun. Tentu ini membutuhkan kerja sama yang sifatnya komprehensif dan juga kolaborasi," kata Hasto.


Infografis

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya