Starbucks Tutup Dua Gerai di China, Ada Apa?

Tanggapan mengenai Starbucks atas laporan Beijing News mencapai 50 juta tampilan di Weibo.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Des 2021, 20:30 WIB
Para pengunjung mengenakan masker saat mengunjungi Kota Terlarang, Beijing, China, Jumat (1/5/2020). Kota Terlarang kembali dibuka setelah ditutup lebih dari tiga bulan karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Beijing - Starbucks meminta maaf dan akan melakukan inspeksi serta  pelatihan staf di sekitar 5.400 tokonya di China pada Senin, 13 Desember 2021. Hal ini usai surat kabar mengungkapkan dua gerainya menggunakan bahan-bahan kedaluwarsa.

Surat kabar Beijing News mengabarkan hasil investigasi rahasia, insiden tersebut terjadi di toko yang berlokasi di Wuxi, China Timur.

Peristiwa ini menjadi buah bibir di media sosial China Weibo setelah Beijing News mempublikasikan laporan tersebut. Awalnya Starbucks (SBUX) mengatakan sudah menutup kedua toko tersebut dan sedang menyelidiki lebih lanjut.

Pada Senin, 13 Desember 2021, hasil pemeriksaan menemukan toko tersebut terbukti melakukan pelanggaran dan perusahaan kurang memperhatikan standar keamanan pangan.

"Kami dengan kerendahan dan ketulusan hati meminta maaf kepada seluruh pelanggan Starbucks,” tulis perusahaan dalamm akun resmi Weibo dilansir dari CNN, ditulis Rabu (15/12/2021).

Wuxi Market Supervision Administration menuturkan dalam sebuah pernyataan usai melakukan penyelidikan pada dua toko Starbucks yang terlibat dalam insiden tersebut, pihaknya juga memeriksa pada 83 toko Starbucks di kota tersebut.

Hasilnya ada 15 toko yang bermasalah, termasuk karyawan yang ridak mengenakan topi saat bekerja, pakaian yang tidak sesuai hingga disinfektan yang tidak lengkap.

Beijing News menuliskan salah satu toko Starbucks menggunakan cairan matcha kedalurwarsa untuk membuat latte. Selain itu, toko lain menjual kue kering yang seharusnya sudah dibuang.

Padahal China merupakan pasar terbesar bagi perusahaan kopi asal Amerika Serikat (AS) ini. Laporan pendapatan perusahaan menunjukkan jumlah gerai Starbucks yang tersebar di China sekitar 5.360 toko per 3 Oktober 2021.


Upaya Perlindungan Hak Pelanggan

Ilustrasi Starbucks. (AP)

Konsumen dan media China menjadi lebih agresif dalam upaya perlindungan hak-hak pelanggan serta memantau kinerja merek-merek besar khususnya dari luar negeri.

Misalnya merek pakaian musim dingin asal Kanada Canada Goose. Konsumen banyak mengajukan keluhan atas kebijakan pengembalian uang menjadi sasaran teguran pemerintah. Merek domestik penjual susu Nayuki justru menarik perhatian publik.

Pada Senin sore, 13 Desember 2021, tanggapan mengenai Starbucks atas laporan Beijing News mencapai 50 juta tampilan di Weibo. Netizen mengungkapkan kekecewaan dan kekhawatiran masalah ini meluas ke toko-toko Starbucks lainnya.

"Jika Starbucks seperti ini, saya benar-benar mengkhawatirkan toko-toko lain. Mereka (Starbucks) menderita pengawasan karena perusahaanya adalah merek asing " kata salah satu pengguna Weibo bernama Revario.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya