Liputan6.com, Jakarta Sejumlah elemen masyarakat yang terdiri dari Generasi Melek Politik, Pemuda Dayak Kalbar, IYALE Kalbar dan WALHI Kalimantan Barat, berharap banjir yang terjadi di Kapuas Hulu bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah terlebih dalam menangani masalah lingkungan.
Diketahui banjir yang terjadi pada bulan November 2021 itu, mengakibatkan 3.808 rumah terendam banjir dan 20.113 orang warga terdampak.
Baca Juga
Advertisement
"Banjir yang terjadi di Kapuas Hulu merupakan masalah lingkungan besar yang terjadi akibat beberapa masalah lingkungan yang belum menemukan solusi penyelesaian," kata Syamsul Bahri salah satu perwakilan, Selasa 14 Desember 2021.
Sementara, Fransiskus Alam perwakilan dari WALHI Kalimantan Barat, pemerintah baik pusat maupun daerah harus tegas jika memang ditemukan ada oknum yang melakukan perusakan.
"Evaluasi izinnya dan audit lingkungan konsesi yang ada seharusnya menjadi prioritas, termasuk dengan mengintegrasikan perencanaan tata ruang wilayah dan lebih memperhatikan aspek keselamatan rakyat dan lingkungan," kata dia.
Banjir di Kapuas Hulu
Sebelumnya, Banjir di Kapuas Hulu, Kalbar, meluas ke 9 kecamatan. Akibatnya sebanyak 3.808 rumah terendam banjir dan 20.113 orang warga terdampak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu Gunawan, Jumat (12/11/2021) mengatakan, banjir di daerah pesisir sungai meluas, dan rata-rata ketinggian air mencapai satu hingga tiga meter lebih.
Gunawan juga mengatakan, ada 42 desa di 9 kecamatan yang terdampak banjir diantaranya di Kecamatan Silat Hilir, Semitau, Suhaid, Selimbau, Jongkong dan Batang Lupar, terdampak banjir tinggi, sedangkan Kecamatan Embaloh Hulu, Badau dan Pengkadan, terdampak banjir kategori sedang.
Menurut dia, banjir terjadi sejak Kamis (4/11/2021) lalu, di beberapa kecamatan, kini meluas karena curah hujan tinggi pada hari ini Jumat (12/11/2021).
"Di sejumlah desa di sembilan kecamatan itu debit air masih naik, akibat luapan sungai Kapuas dan sejumlah anak sungai di daerah pesisir," ucap Gunawan.
Advertisement