Liputan6.com, Kendari - Warga di sekitar Pasarwajo Kabupaten Buton mengenalnya dengan nama anyaman talang ngencu. Semacam nampan dengan penutup, terbuat dari rajutan berbahan rumput liar. Oleh warga, rumput liar bernama lokal ngencu, menjadi asal nama kerajinan tangan yang sudah dimulai sejak 1996 silam.
Salah satu lokasi pusat kerajinan tangan talang ngencu, berada di Dusun Laganda II, Desa Kaumbu, Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton. Dari total luas kecamatan sekitar 65,02 kilometer, Dusun Laganda diketahui menjadi satu-satunya lokasi pusat kerajinan pembuatan talang.
Di wilayah ini, ada sekitar 150 orang perajin talang ngencu. Mereka rata-rata berstatus ibu rumah tangga, sekaligus petani di ladang.
Baca Juga
Advertisement
Kerajinan talang ngencu asal Laganda, menjadi salah satu ciri khas daerah. Sehingga, banyak pendatang atau pemesan talang, akan langsung menuju ke dusun yang berjarak sekitar 35 menit dari Pasarwajo, ibu kota Kabupaten Buton.
Tak banyak yang tahu, awal mula kerajinan talang berkembang hingga seperti hari ini. Pertengahan tahun 90-an, awalnya hanya ada tiga orang perajin di dusun.
Wa Diu (41), ibu rumah tangga perajin talang menceritakan, pada 1996, dia termasuk salah satu dari dua orang lainnya.
"Saya dan seorang tetangga kampung, diajar sama seorang warga, namanya La Roo. Waktu itu, umur saya sekitaran usia SMP, masih belasan tahun," cerita Wa Diu.
Karena awalnya cukup menghasilkan, ibu dua anak ini mulai menekuni kerja menganyam talang ngencu. Hingga sekarang, dia mengaku tak mampu lagi menghitung sudah berapa talang yang dibuat.
"Mungkin sudah ratusan, mungkin ribuan, saya lupa heheheh...," ujarnya sambil tertawa.
Beberapa tahun kemudian, jumlah perajin anyaman talang ngencu di Desa Kaumbu, mulai banyak. Hampir setiap rumah warga di Dusun Laganda, menjadi tempat usaha rumahan anyaman.
Warga Dusun Laganda Kabupaten Buton, bukan hanya membuat nampan, hasilnya pun makin bervariasi. Ada keranjang, wadah tempat menyimpan barang, hingga beberapa perabotan rumah tangga lainnya.
Hasil kerajinan anyaman talang ngencu, kerap digunakan pada momen acara-acara atau festival keagamaan atau adat di kabupaten Buton. Biasanya, dipakai untuk menaruh makanan dan sesajen. Selain itu, talang anyaman ini juga dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di rumah.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Tahan hingga Puluhan Tahun
Anyaman talang ngencu asal Dusun Laganda, bisa bertahan digunakan hingga puluhan tahun. Asal tak terbakar atau sengaja dirusak dengan benda tajam, anyaman ini sangat tahan air dan panas.
Wa Diu mengatakan, dia bahkan masih memiliki talang anyaman yang dibuat sejak masih berusia dua puluhan tahun. Jika dibuat rapi dan dianyam dengan ikatan yang erat, hasil karya ini bisa diadu dengan anyaman serupa asal daerah lain.
Diketahui, bahan baku anyaman, berasal dari rumput jenis mendong. Sejenis rumput suku Cyperaceae, yang tumbuh membentuk rumpun dan memiliki tinggi hingga dua meter lebih.
Warga setempat mendapatkan jenis rumput ini di tengah lahan kebun jambu mete di sekitar kampung. Tumbuh sepanjang tahun, biasanya aktivitas menganyam talang, dilakukan saat musim panas.
"Kalau sudah selesai panen atau tak ada kegiatan bertani, biasa kami menganyam," kata Wa Diu.
Advertisement
Hasil Kerajinan Menumpuk
Hari ini, makin banyak perajin talang di Dusun Laganda. Setiap rumah perajin, rata-rata memiliki hasil kerajinan anyaman yang belum dipasarkan sampai hari ini. Padahal, kualitas talang di wilayah ini cukup bagus dibanding daerah lain.
Harga sebuah talang anyaman dan penutupnya, tergantung besar ukuranny, mulai dari yang kecil Rp300 ribu hingga yang paling besar Rp500 ribu.
Lama pembuatan talang, jika dikerjakan dengan santai, seminggu menghasilkan satu pasang bersama penutupnya. Jika dikerjakan dengan cepat, bisa mencapai 3 hari saja. Kepala Desa Kaumbu, La Garisi menyatakan, saat ini warga berharap ada tempat pemasaran yang bagus di luar kampung. Sehingga, hasil produksi bisa cepat didistribusikan kepada warga yang membutuhkan.
"Istri saya, ikut menjadi ketua kelompok yang membantu warga dan menampung hasil kerajinan talang yang siap dipasarkan," ujar La Garisi.
Dia menuturkan, hasil pasaran talang anyaman, sudah dikirim antarkabupaten. Banyak pemesan, berasal dari sejumlah daerah berbeda di Sulawesi Tenggara.
"Kita berharap, bisa memasarkan lebih banyak lagi, mudah-mudahan pasar untuk talang anyaman ini bisa lebih terbuka lebar," La Garisi menandaskan.