Tantangan Sumsel Bertengger di 25 Besar Capaian Vaksin Nasional

Pemprov Sumsel mengalami berbagai kendala dan tantangan, dalam penyebaran vaksinasi COVID-19 di 17 kabupaten/kota di Sumsel.

oleh Nefri Inge diperbarui 15 Des 2021, 13:00 WIB
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga saat vaksinasi keliling di Kebon Kacang, Jakarta, Jumat (9/7/2021). Mobil vaksin COVID-19 keliling diluncurkan guna mempercepat pencapaian target vaksinasi COVID-19 untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Palembang - Di tengah gencarnya program Keroyok Vaksinasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel), ternyata membuahkan hasil yang cukup membanggakan.

Sumsel masuk dalam peringkat 25 besar capaian vaksin tertinggi di tingkat nasional. Peringkat tersebut diraih, dari 33 provinsi se-Indonesia.

Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, posisi tersebut harus ditingkatkan, dengan terus mendorong vaksinasi di seluruh daerah di Sumsel, termasuk di daerah pelosok dan yang sulit terjangkau.

Dia mengatakan, Indonesia masuk lima besar tingkat dunia dalam capaian vaksin COVID-19. Sedangkan Sumsel, masih jauh dari peringkat tertinggi di Indonesia.

“Artinya masih kurang speed. Untuk bisa merealisasikan ini, kita harus lepas kopling tekan gas agar target vaksin 70 persen tercapai," ucapnya, Rabu (15/12/2021).

Diakuinya, tantangan penyaluran vaksin di beberapa daerah memang terasa sulit. Seperti daerah pegunungan atau daerah yang sulit dijangkau, karena akses jalan terbatas.

Mantan Bupati Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur ini menilai, ada berbagai segmen yang kurang, sehingga strategi terbaru harus dilakukan di tiap-tiap daerah.

“Strateginya tidak bisa disamakan, jika melihat kondisi di setiap daerah. Pencapaian 70 persen ini, menjadi tanggung jawab kepala daerah masing-masing,” ujarnya.

Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, masih banyak warga Sumsel yang hanya mengikuti vaksinasi tahap pertama saja, namun belum tergerak untuk mengikuti vaksinasi tahap kedua.

"Setelah selesai vaksin pertama, vaksin kedua jangan diabaikan. Jangan hanya mengejar minimalnya saja, meski kita tahu kalau sudah divaksin satu antibodi akan terbentuk,” ungkapnya.

Herman Deru menyadari, sulitnya capaian vaksinasi bukan karena minimnya antusias saja. Namun akses fasiitas kesehatan (faskes) di daerah tertentu, yang juga menjadi kendala besar.

Hal inilah yang ingin dicarikan solusi, agar kepala daerah di 17 kabupaten/kota di Sumsel bisa menyampaikan apa yang ingin diperbaharui.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Daftar Online

Staf medis menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech untuk disuntikkan kepada anak berusia 12 hingga 17 tahun di Hanoi, Vietnam, Selasa (23/11/2021). Menurut data Kementerian Kesehatan Vietnam, hampir 108 juta dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan kepada warga. (Nhac NGUYEN/AFP)

“Untuk itu, bagi yang memang butuh bantuan karena kondisi alam atau kendala lainnya, silakan sampaikan," katanya

Menurutnya, selama ini kasus warga Sumsel yang meninggal dunia karena terpapar COVID-19, karena belum mengikuti vaksinasi COVID-19.

"Jadi kalau ada kasus meninggal maka itu adalah warning, rata-rata yang meninggal dunia belum vaksin. Tujuan kita sendiri, adalah memaksimalkan vaksin yang tepat sasaran," ungkapnya.

Kikan, warga Kota Palembang Sumsel menuturkan, jika dirinya ingin sekali mengikuti vaksinasi tahap kedua. Dia pernah mendaftarkan ke website faskes yang mengadakan vaksinasi massal, namun akhirnya registrasi tersebut tidak berfungsi.

“Saya pernah registrasi via online, waktu ke sana sudah tutup. Padahal sudah daftar, ternyata harus daftar secara langsung. Terkadang saya tidak bisa datang langsung untuk mendaftar dan mengantri, makanya daftar online. Ternyata sulit juga kalau daftar online saja tidak berlaku,” ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya