Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) akan mengumumkan hasil pertemuannya. The Fed akan rilis hasil pertemuan pada Kamis dini hari, 16 Desember 2021.
Pelaku pasar menantikan kepastian percepatan tapering yang sebelumnya telah dikatakan oleh Chairman The Fed Jerome Powell. Pangumuman tersebut menjadi penting lantaran akan menjadi sinyal kapan suku bunga AS naik.
Advertisement
The Fed diproyeksikan dalam rilis terbaru akan ada dua hingga tiga kenaikan suku bunga pada 2022. Sementara pada tahun berikutnya, peningkatan suku bunga dilakukan tiga hingga empat kali.
Sebelumnya tidak ada konsensus terhadap kenaikan suku bunga pada 2022 meskipun setengah anggota The Fed berharap setidaknya terjadi satu kali kenaikan pada tahun depan.
Akhir pertemuan The Fed pada Rabu sore waktu setempat, 15 Desember 2021 mengungkapkan bank sentral AS mengakui inflasi bukan sekadar masalah jangka pendek.
Lonjakan harga bisa menjadi ancaman besar bagi perekonomian AS. Indeks harga konsumen meningkat 6 persen pada November dan terus merangkak naik sampai Desember.
Pengamat pasar modal sekaligus Founder Bageur Stock, Andy Wibowo Gunawan menilai, jelang pertemuan The Fed, pasar saat ini kondisinya berada posisi at a crossroads. Inflasi Amerika Serikat pada November di atas bulan sebelumnya yang sebesar 6,8 persen YoY. Sementara itu, untuk Oktober angka inflasi USA sebesar 6,2 persen YoY.
Oleh karena itu, pada minggu ini terdapat spekulasi pertemuan The Fed pada minggu ini dapat memicu The Fed mempercepat kenaikan suku bunga acuannya (The Fed Fund Rate).
“Sementara itu, menurut pendapat saya kebijakan Bank Indonesia akan bergantung dengan keputusan dari The Fed dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter akan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS,” kata Andy kepada Liputan6.com, Rabu (15/12/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saham Pilihan
Apabila The Fed mempercepat kenaikan suku bunga acuannya, akan berdampak negatif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sehingga akan berdampak negatif terhadap IHSG dalam jangka pendek.
Dengan kondisi situasi seperti saat ini, Andy menyarankan investor yang memiliki horizon investasi pendek untuk menunggu terlebih dahulu hasil meeting The Fed pada minggu ini.
"Sementara bagi investor yang memiliki horizon investasi jangka panjang dapat mengambil posisi pada saham-saham blue chip seperti BBCA, BBRI, dan ASII,” beber Andy.
Advertisement