Liputan6.com, Yogyakarta - Pola makan yang tidak teratur dan kondisi dinding lambung yang mengalami kerusakan dianggap bisa menjadi pemicu kenaikan asam lambung. Namun, Neneng Ratnasari, praktisi dari dokter spesialis penyakit dalam RSUP Sardjito, mengatakan penyakit asam lambung lebih erat kaitannya dengan kondisi stres dan kecemasan daripada faktor makanan atau gangguan pada lambung.
"Semua harus ada pemeriksaan penunjang. Sebagai dokter, kami harus menganamnesis dan harus ada pembuktian,” kata Neneng dalam Bedah Buku Comprehensive Biomedical Science: Sistem Gastrointestinal Hepatobilier, Pankreas, Kamis 18 November 2021 lalu.
Banyak pasien yang mengalami sakit di ulu hati, mual, dan nyeri di perut yang disebabkan oleh asam lambung. Neneng menyatakan, banyak pasien dengan kondisi anatomis lambung yang cukup baik, tetapi sering mengalami kenaikan jumlah asam lambung. Hal ini terjadi ketika tingkat kecemasan tinggi.
Baca Juga
Advertisement
"Banyak diderita oleh pasien kita," katanya. Meski begitu, kebiasaan pola makan juga memengaruhi munculnya penyakit asam lambung.
"Setelah makan terus tidur terlentang justru melemahkan otot esofagus, makan terlalu terburu-buru, atau sering mengonsumsi makanan fast food. Pola makan juga diperbaiki. Jenis makanannya juga," paparnya.
Sementara Ahmad Hamim Sadewa, Dosen Biokimia FK-KMK UGM mengatakan setiap orang harus menjaga keseimbangan asam lambung dalam tubuh. Sebab,asam lambung diperlukan untuk memulai proses pencernaan.
"Tanpa asam lambung, pencernaan tidak bisa dimulai, berbagai jenis makanan dalam bentuk besar menjadi kecil, namun asam lambung berlebihan akan menyebabkan kembali naik ke kerongkongan karena berlebihan," dia mengatakan.
Penyebab sekresi asam lambung berlebihan menurutnya disebabkan oleh stres, pola makan tidak teratur, dan aspek anatomi dinding lambung yang sudah mengalami kerusakan.
"Perlu diketahui tingkat stress atau pola makan yang kurang baik atau kelainan struktur yang dilihat secara radiologi, bisa menyebabkan kenaikan asam lambung," dia menegaskan.