Liputan6.com, Sikka - Khawatir terjadi gempa dan tsunami, ratusan warga Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat memilih tidur di halaman terbuka di sejumlah lokasi di wilayah Kelurahan Wuring, NTT. Hal ini dilakukan lantaran warga masih trauma setelah gempa 7,4 Magnitudo mengguncang Sikka, Selasa (14/12/2021).
Sudah dua malam warga memilih tidur di halaman terbuka kantor kelurahan wuring dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Nangahure, mereka hanya tidur beralaskan tikar seadanya.
Baca Juga
Advertisement
Ratusan warga tersebut memilih untuk tetap bertahan di lokasi pengungsian tanpa tenda, sebab rumah mereka berada di pesisir Pantai Wuring Lembah.
Saat terjadi gempa, warga kelurahan Wuring Lembah melakukan evakuasi mandiri yakni ke halaman Kantor Lurah Wuring, Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Nangahure, dan di kebun milik warga.
Pantauan di dua lokasi pengungsian, Rabu (15/12/2021) pukul 22.30 malam, ratusan warga Haiwulu, termasuk lansia, ibu menyusui, bayi, anak anak, tidur hanya beralaskan tikar. Di dua lokasi pengungsian warga terdampak gempa NTT, mereka belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik bantuan makanan, minuman, tikar, maupun tenda pengungsian.
Udin, salah seorang warga Kelurahan Wuring, kepada Liputan6.com, Rabu (15/12/2021) malam mengatakan, ia bersama keluarganya sudah dua malam tidur di depan halaman Kantor Lurah Wuring. Dia mengaku hingga saat ini belum ada bantuan apa pun dari pemerintah. Untuk makan minum warga mengupayakan sendiri.
"Saya bersama keluarga memilih mengungsi di halaman kantor lurah karena masih trauma terhadap gempa dan tsunami, sebab rumah dekat dengan laut dan rata, sehingga memilih mengungsi di tempat yang lebih tinggi," ungkapnya.