Picu Disabilitas Fisik, Begini Penanganan Cedera Saraf Tulang Belakang

Meninggalnya selebriti Instagram Edelenyi Laura Anna mendapat perhatian dari ahli kesehatan. Pasalnya, sebelum meninggal ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera saraf tulang belakang atau spinal cord injury.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Des 2021, 18:00 WIB
Kenangan Laura Anna bersama sang ayah. (Sumber: Instagram/edlnlaura)

Liputan6.com, Jakarta Meninggalnya selebriti Instagram Edelenyi Laura Anna mendapat perhatian dari ahli kesehatan. Pasalnya, sebelum meninggal ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera saraf tulang belakang atau spinal cord injury.

Ketua Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf DKI Jakarta Wawan Mulyawan mengatakan bahwa spinal cord injury atau cedera saraf tulang belakang merupakan cedera pada tulang belakang yang dapat menyebabkan disabilitas fisik hingga kematian.

Untuk mengedukasi masyarakat, ia menjelaskan terkait penanganan kondisi ini.

“Mungkin saja dilakukan operasi darurat untuk cedera saraf tulang belakang guna mengatasi patah tulang belakang dan kerusakan sumsum tulang belakang akibat patah tulang, pembekuan darah, serta jaringan lain di sekitarnya yang rusak,” kata Wawan dalam keterangan pers ditulis Kamis (16/12/2021).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suntikan obat kortikosteroid bermanfaat membantu cedera tulang belakang. Ini dilakukan jika terjadi kondisi yang disebut spinal shock yang bersifat sementara tapi dapat jadi permanen jika tidak diobati.

Selain itu, lanjut Wawan, dapat juga dilakukan operasi terjadwal (non emergency) jika tujuannya untuk hanya memperbaiki stabilitas tulang belakang, tapi kerusakan sarafnya sudah permanen.

Simak Video Berikut Ini


Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang dari perawatan cedera tulang belakang meliputi:

-Meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup.

-Mengurangi risiko kondisi kesehatan kronis (berkelanjutan).

-Memulihkan beberapa fungsi saraf pada cedera parsial.

Komplikasi jangka panjang dari cedera tulang belakang mungkin termasuk:

-Ketidakmampuan untuk mengatur tekanan darah atau suhu tubuh.

-Peningkatan risiko masalah jantung atau paru-paru.

-Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus.

-Kelumpuhan pada lengan atau kaki.

-Sakit terus-menerus.

-Spastisitas (kontraksi otot terus-menerus), kontraktur sendi.

-Disfungsi seksual.


Rehabilitasi Medik

Selain operasi, kebanyakan orang dengan cedera tulang belakang memerlukan beberapa bentuk rehabilitasi fisik, atau terapi, baik dengan rawat inap (selama dirawat di rumah sakit) atau rawat jalan (setelah dirawat di rumah sakit).

Rehabilitasi dapat membantu pasien cedera saraf tulang belakang untuk:

-Belajar menggunakan alat bantu seperti alat bantu jalan atau kursi roda.

-Memperoleh kembali kekuatan dan mobilitas di area tubuh dengan fungsi saraf.

-Memulihkan kemampuan untuk aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan minum sendiri, berpakaian dan ke toilet.

“Alat prostesis (pengganti tangan atau kaki buatan) cukup andal untuk membantu aktivitas pasien mengatasi cedera saraf tulang belakang. Sebuah prostesis saraf dapat menggantikan fungsi yang hilang seperti prostesis lengan atau kaki.“

 


Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya